Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. PT PLN (Persero) akan menerbitkan surat utang global (global bonds) dengan nilai sekitar US$ 1 miliar hingga US$ 1,5 miliar atau sampai Rp 21 triliun (kurs Rp 14.000) jelang tutup tahun ini. Surat utang ini diterbitkan untuk membiayai belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun 2019.
Executive Vice President of Corporate Finance PLN, Sulistyo Biantoro menjelaskan, aksi korporasi ini akan dijalankan jika kondisi pasar baik. Lanjutnya, pada tahun ini total capex PLN mencapai Rp 90 triliun.
"Kita di tahun 2019 itu kira-kira capexnya besar, sekitar Rp 90 triliun. Itu setahun. Jadi kita siapkan agar sesuai dengan target RKAP. Tentu saja yang namannya mencari pendanaan itu harus melihat kondisi pasar. Kalau market lagi bagus ya kita ambil," jelasnya saat berkunjung ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta Pusat, Selasa (5/11/2019).
Dia menuturkan, sampai September 2019 capex yang terealisasi sudah mencapai Rp 70 triliun. Artinya masih kurang Rp 20 triliun untuk mengejar target capex.
Dia menambahkan, penerbitan surat utang ini tidak secara khusus mendanai satu proyek tertentu melainkan secara umum untuk menutup capex.
"Nggak secara khusus, untuk capex secara umum saja dan untuk program 35 GW secara umum dan percepatan infrastruktur," tambahnya.
Terang Sulis, surat utang ini kemungkinan berdenominasi dolar AS dan euro. Kemungkinan, surat utang itu akan diterbitkan di Singapura.
"Listingnya di Singapura," katanya.
Sementara, pada tahun depan capex PLN bakal tak jauh dibanding tahun 2019 ini sebesar Rp 90 triliun. Capex tak mengalami pertumbuhan besar mengingat pertumbuhan konsumsi listrik diproyeksi tak terlalu besar tahun depan.
"Nggak (lebih besar), kurang lebih sama. Mungkin malah lebih sedikit dari tahun ini. 2020 rencananya kita coba paling nggak sama, maksimal sama dengan tahun ini tapi enggak lebih tinggi," katanya.
"Bapak kan dengar, pemakaian listriknya juga nggak terlalu banyak sekarang. Konsumsinya nggak terlalu tinggi. Mungkin kalau orang dengar pertumbuhan listriknya sekitar 4,5%. Padahal dulu 35 GW, kemudian capex yang lebih besar itu 5,5% bahkan 6%. Ya kita sesuaikan lah kondisi lah dulu, mana yang perlu-perlu aja dulu yang penting, yang kira-kira dibutuhkan" jelas Sulis.(dtf)