Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kinerja APBN 2019 banyak yang tidak mencapai target, terutama pada asumsi dasar makro perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, harga minyak, hingga lifting minyak dan gas (migas) meleset dari target. Melesetnya kinerja APBN juga terjadi di 2018.
Ekonom Indef, Enny Sri Hartati mengatakan pemerintah ke depannya harus menyusun target APBN lebih realistis.
"Sebenarnya yang paling utama bikin perencanaan itu harus realistis mungkin, artinya realistis benar-benar bukan hanya dokumen," kata Enny saat dihubungi, Rabu (8/1/2020).
Pemerintah hanya mampu mengumpulkan penerimaan negara sepanjang tahun 2019 sebesar Rp 1.957,2 triliun atau 90,4% dari target Rp 2.165,1 triliun. Penerimaan yang berasal dari pajak hanya sebesar Rp 1.332,2 triliun atau 84,4% dari target Rp 1.577,6 triliun.
Menurut Enny, target yang disusun secara realistis harus mengacu pada angka realisasi bukan dari target tahun sebelumnya. Jika, pemerintah masih nekat memasang dari angka target maka akan sulit merealisasikannya.
"Makanya pertama harus realistis, supaya realistis maka benchmark yang digunakan itu harus valid. Misalnya menentukan target harusnya dari realisasi bukan dari target tahun lalu, seperti pajak harusnya realisasi 2019. Tapi kan ini selalu outlook yang digunakan, ya pasti akan terus tidak akan tercapai," jelas dia.
Dia pun mengungkapkan bahwa di tahun-tahun berikutnya pemerintah harus fokus mengenai program yang berdampak pada perekonomian serta konsisten menjalankan kebijakannya.
"Kalau cuma menargetkan ekonomi sekian tetapi bagaimana tools-nya, mekanismenya tidak dijalankan konsisten itu tidak akan pernah tercapai. Jadi pertama realistis dan konsistensi kebijakan," ungkap dia.(dtf)