Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Unik sekaligus menarik. Salah seorang akademisi dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Dionisius Sihombing dalam penelitiannya mengadopsi konsep dalihan natolu (sistem kekerabatan) dalam budaya Batak Toba ke dalam sistem manajamen sekolah. Penelitian itu merupakan disertasi Dionisius yang berjudul "Pengembangan Model Manajemen Pengelolaan Sekolah Berbasis Budaya Batak-Dalihan Natolu di Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pendidikan Katolik St Yoseph Medan di Pematang Siantar".
Dalam disertasinya itu Dionisius merumuskan pentingnya memaksimalkan peran ketiga unsur stakeholder di sekolah. Menurutnya, selama ini peran ketiga unsur stakeholder di sekolah itu belum diberdayakan secara maksimal. Ketiganya adalah pimpinan sekolah (kepala sekolah), para guru dan pengurus yayasan.
Oleh Dionisius, peran ketiganya bisa dipadankan sebagaimana dalam konsep dalihan natolu. Yakni kepala sekolah dan pegawai sebagai dongan tubu, para guru sebagai boru dan pengurus yayasan sebagai hula-hula.
"Jadi, kepala sekolah sebagai perancang, sekaligus penanggung jawab program di sekolah adalah pihak dongan tubu atau suhut yang punya hajatan. Dia dibantu oleh para guru (boru) dan bertanggung jawab kepada hula-hula, yakni pengurus yayasan," kata Dionisius saat berbincang dengan medanbisnisdaily.com, di gedung Catholic Center, Jalan Mataram, Medan, Senin sore (9/3/2020).
Karenanya, kata pengamat pendidikan ini, kepala sekolah selaku dongan tubu yang punya hajatan, harus memaparkan terlebih dulu programnya di hadapan boru dan hula-hula dan dongan tubunya. Mereka harus tahu dan memahami programnya itu. Sekaligus juga meminta saran, terutama dari pihak hula-hula.
"Mirip seperti pelaksanaan adat orang Batak Toba. Pemilik hajatan akan memaparkan konsep jalannya satu acara dan meminta masukan terutama dari hula-hula. Sementara itu pihak boru kewajibannya adalah membantu melancarkan acara itu. Jika semua sudah disampaikan, masing-masing stakeholder akan mengambil peran, tugas dan tanggungjawabnya," katanya.
Demikian juga dengan manajemen di sekolah. Seorang kepala sekolah harus mempresentasikan programnya, sehingga unsur stakeholder lainnya memahami dan tahu mengambil perannya masing-masing, kata dosen di Fakultas Ilmu Sosial Unimed ini.
Motivasi lain dari disertasi ini, aku Dionisius, agar nilai-nilai budaya Batak Toba yang merupakan suatu kearifan lokal tidak punah dan kontekstual seturut zamannya. Hal itu, sesuai dengan arahan Mendikbud Nadiem Makarim yang mencetuskan gagasan Merdeka Belajar di sekolah dan penguatan nilai-nilai serta karakter anak didik berbasis budaya sebagaimana diharapkan Presiden Jokowi.