Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
“Inilah mata uang yang berlaku dimana saja. Dengan perilaku yang baik, masyarakat akan menaruh kepercayaan kepada kita sehingga orang-orang akan percaya terhadap kredibilitas kita. Kita pun bisa dengan mudah masuk dalam lingkungan masyarakat” (Bob Sadino, 1933-2015).
Kepercayaan masyarakat terhadap aparat negara pernah tercoreng selama masa orde baru. Dimana kala itu ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai penjaga keamanan negara dengan memegang kekuasaan dan mengatur stabilitas negara. Fungsi ganda ini hanya bertahan sampai krisis moneter meruntuhkan rezim orde baru pada tahun 1998.
Setelah tragedi berdarah tahun 1998, ABRI kembali menjalankan fungsi tunggalnya sebagai penjaga keamanan negara dan dipecah menjadi dua bagian, yaitu Polri dan TNI. Akan tetapi sampai saat ini kedua lembaga keamanan negara ini masih memiliki konflik pribadi di antara oknum-oknum aparatnya.
Beberapa hari yang lalu Mapolsek Ciracas diserang oleh beberapa kelompok orang tak dikenal. Para pelaku seolah tak peduli dengan simbol keamanan negara dan dengan naifnya, mengobrak-abrik serta membakar fasilitas keamanan tersebut. Sialnya lagi, ini adalah kedua kalinya Polsek Ciracas diserang dan dibakar.
Sungguh ironis memang, fasilitas negara yang seharusnya menjadi tempat paling aman dan sebagai bilik pengaduan pun tak lepas dari ancaman. Yang lebih menyedihkan, para pelaku perusakan ini diduga kuat adalah oknum anggota TNI, yang dimana seharusnya kedua lembaga negara ini bersinergitas dalam mewujudkan butir ke-3 Pancasila yaitu “Persatuan Indonesia”.
Penulis sering berpikir, mengapa sumpah prajurit untuk menjaga keutuhan NKRI sampai titik darah penghabisan terlalu gampang tuk dilanggar. Sampai harus mengedepankan ego liar tuk bertindak bak binatang buas dengan menyerang pos keamanan negara.Terlebih lagi terduga pelaku penyerangan adalah personel dari lembaga penjamin keamanan negeri itu sendiri.
Memang harus diakui hanya sebagian kecil dari oknum-oknum yang melakukan tindakan anarkis seperti ini. Akan tetapi perlu diketahui, di era jurnalisme viral saat ini, kesimpang-siuran data begitu masif. Sehingga menimbulkan efek “ambiguous”, dimana masyarakat akan mengambil kesimpulan sendiri dari apa yang dipaparkan di media, khususnya media sosial. Hal inilah yang menurut penulis perlu lebih diperhatikan.
BACA JUGA: Fenomena Oposisi Jalanan Terhadap Stabilitas Politik
Polsek Ciracas hanyalah sebuah contoh kecil dari berlarut-larutnya konflik antara kedua lembaga negara ini. Entah mengapa, kasus-kasus seperti ini selalu saja timbul sampai menimbulkan korban. Lantas mengapa bentrokan ini sampai berlarut-larut?
Menurut pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, bentrokan antara TNI-Polri selalu berulang diakibatkan oleh penyelesaian yang hanya meredam situasi, bukan menyelesaian inti dari masalah tersebut. “Penegakan hukum bagi para pelaku kekerasan antar aparat masih sebatas seremoni para petinggi, tidak menyentuh masalah yang sebenarnya”, dikutip dari kompas.com, (13/4/2020).
Lemahnya pengawasan serta antisipasi terhadap tindakan-tindakan anarkis ini ternyata masih terlalu dianggap sepele oleh para petinggi Polri-TNI kita. Sehingga konflik yang sudah berakar kuat ini menjadi sangat sulit diantisipasi.
Dalam situasi pandemi saat ini seharusnya para aparat dapat menjadi teladan serta bergotong-royong dalam menjaga ketenangan dan keselamtan masyarakat. Bukan menambah catatan kelam bentrokan antar aparat. Rakyat sangat membutuhkan teladan dalam bersikap, terlebih dalam menghadapi situasi pandemi saat ini yang menuntut dengan mengedepankan otak dibandingkan otot. Stop bertingkah menjadi hakim jalanan. Karena Sesungguhnya masyarakat tidak terlalu peduli pada motif dibalik penyerangan. Pandangan mata masyarakat akan tertuju pada ketidakmampuan lembaga negara, dalam keharmonisan menjaga keamanan.
Hal inilah yang menurut penulis perlu ditanggapi dengan serius. Jangan sampai, lembaga negara penyedia keamanan sekelas TNI-Polri, beralih menjadi penyumbang ancaman bagi negara. Tindak tegaslah oknum nakal jangan sampai mereka menjadi kerikil dalam sepatu, sehingga mengganggu citra aparat dimata masyarakat..Agar kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keamanan negara tetap sehat serta para aparat kembali kepada citra aslinya sebagai penyedia keamanan bagi segenap rakyat Indonesia.
====
Penulis mahasiswa jurusan ilmu politik FISIP USU.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]