Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Nasib pedagang buku bekas di Titi Gantung Medan, boleh dibilang seperti pepatah "sudah jatuh tertimpa tangga". Bukan hanya karena covid-19 saja, nasib mereka 'menggantung', namun omset penjualan mereka sudah turun drastis sejak dua tahun lalu. Tepatnya sejak perkembangan dunia digital merangsek semua lini kehidupan, utamanya pendidikan.
"Sejak dua tahun lalu sudah kami alami penurunan penjualan sampai 30 persen., karena orang belajar pakai hape. Ditambah lagi sekarang karena covid, turun sekitar 40 persen. Jadi totalnya sekitar 70 persen," kata salah seorang pedagang buku bekas di Titi Gantung Medan, Hotlin Simbolon, saat ditemui medanbisnisdaily.com di lapaknya, Jumat (23/10/2020).
Saat ini, sambung pria 43 tahun ini, sekarang pendapatan mereka hanya berkisar Rp 25 ribu sehari. Malah sering juga tak buka dasar, kata bapak satu anak ini. Ditanya soal memenuhi hidup keluarga, Hotlin mengaku hanya bisa menerapkan efesiensi pengeluaran. Soal makan, kata Hotlin, yang penting ada nasi, soal lauk pauk sebisanya saja.
"Tahu-tempe-lah sekarang ini. Sudah jarang makan ikan. Mau apalagi, tak ada pilihan," kata Hotlin yang sudah belasan tahun menjadi pedagang buku bekas.
Selain penurunan omset, hal lain yang membuat ia dan teman-temannya khawatir, apabila di masa ajaran baru buku yang mereka jual (buku sekolah) belum banyak yang laku. Tahun berikutnya buku-buku itu belum tentu laku, seering kerap bergantinya kurikulum.
"Mau tak mau kami jual ke botot. Kecuali buku umum, karena satu-satu masih ada yang cari. Susahlah," katanya lirih.