Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Seniman pemusik asal Sumatra Utara merupakan tokoh dan pesohor yang terkenal di Indonesia. Menggunakan bakat dan intellektualitasnya mereka berkiprah dan berjuang di lapangan kesenian.Sejumlah karya music dan lagu mereka menjadi pujaan ramai dalam blantika music tanah air. Sebutlah sebagai missal Nahum Situmorang, Lyberti Manik (L Manik), Djaga Depari, Lily Suhairi dan Ahmad Baqi. Pada tulisan ini dibatasi untuk mengenang tokoh pemusik L Manik dan Djaga Depari
L Manik menjadi legendaris sebagai penyanyi, pencipta lagu dan pemain biola, (19451949). Orang tak melihat wajahnya. Hanya suaranya yang terdengar karena itu di RRI Yogyakarta. L Manik masih menyimpan "biola RRI" itu sampai akhir hidupnya.
Di kurun itulah lahir “Satu Nusa Satu Bangsa”. L Manik berulang-ulang menyebut himne (syair memuja bangsa/tanah air) itu bukan lagu perjuangan, melainkan lagu dengan tema kemanusiaan. L Manik menyatakan lagu itu merefleksikan kenangan ketika sedang berkumpul dengan para pemuda di masa perjuangan di Yogyakarta. Sebagai pencipta lagu, Manik berkarya tak sampai sepuluh lagu. Satu di antaranya lagu “Desaku dan Pantai yang Sepi”.
L Manik, anak Sidikalang. Sumatera Utara, rupanya lebih suka menimba ilmu dalam bidang musik di Belanda dan Jerman. Ia lalu dikenal sebagai doktor pertama bidang musik di Indonesia. Ia lulusan Freie Universitat, Berlin Barat, dengan predikat magna cum laude, (1969). Tapi ia tak segera pulang. Beberapa tahun dihabiskannya untuk mengajar dan menyusun katalog.
Namun. pria berkacamata tebal itu tetap dekat dengan musik Indonesia. Pasalnya. sekolahnya menugasi L Manik meneliti gamelan dan gondang Batak. Maka.selama empat tahun ia berkutat di belakang tumpukan dokumen kolcksi museum Jerman. Hasil penelitiannya kemudian dibukukan. Tak terasa L Manik telah 22 tahun meninggalkan tanah airnya. Setahun setelah kembali ke Yogyakarta, 1980, L Manik mengajar di Institut Seni Indonesia.
BACA JUGA: Hamzah Fansuri, Pelopor Pemekaran Bahasa Melayu
L Manik meninggal dunia dalam kesepian.Baginya, lagu Satu Nusa Satu Bangsa diciptakannya bukan lagu perjuangan. Tampaknya lebih banyak orang mengenal lagu Satu Nusa Satu Bangsa daripada pencipta himne itu sendiri,yaitu L Manik. Padahal, dua pertiga usia L Manik dihabiskan untuk menekuni dunia musik.
Komponis itu jatuh pingsan di kediamannya di Desa Glondongan. Sleman. Yogyakarta (Tempo, 1993). Pembantu setianya membujuk L Manik agar mau dibawa ke rumah sakit. tetapi ditolaknya. Padahal, sakit gula dan lambungnya parah. Esoknya. baru ia bersedia diajak ke rumah sakit. Pada hari Kamis, L Manik, yang tetap hidup menyendiri itu meninggal dunia pada usia 69 tahun di Rumah Sakit Bethesda,Yogyakarta.
Djaga Depari
Djaga Depari lahir di Desa Seberaya, 5 Januari 1922. Orkestra RRI Nusantara I Medan yang didukung para musisi (Max Sapulete dan pemusik lain) yang sudah berpengalaman dalam dunia musik, ternyata hampir sempuma menerjemahkan ungkapan batin seniman Djaga Depari. Suasana yang meriah dengan sambutan apresiatif penonton yang duduk setia sampai pertunjukan berakhir membuktikan nilai hormat yang tulus kepada seniman tanah Karo tersebut.
Beberapa lagu yang telah populer di hati publik keluar dengan komposisi yang manis. Lagi Piso Surit (instrumentalia) sebagai-mukadimah orkestra RRI mengalun sahdu. Kemudian lagu “Mbuahrage”,”Tanah Karo Simalem”, Mido-mido”,”Simulih Karaben”dan “lasam-lasam” serta “Erkata Bedil” merupakan lagu-lagu yang memikat hati publik pendengar yang hadir. Agustina Depari sang putri kandung Djaga Depari telah melengkapkan "Malam Pagelaran Musik Komponis Pejuang"itu dalam pembacaan puisi untuk mengenang sang mendiang Depari.
Mengenang seseorang berarti membaca kemusafiran perjalanan anak manusia. Kemusafiran seorang seniman bukanlah perkara mudah. Oleh karena penyair Indonesia Chairil Anwar pernah menegaskan bahwa,menjadi seniman tidaklah mudah. Ia memerlukan perjalanan yang penuh dengan onak dan duri dan hampir sedikit yang bertaburkan mawar dan melati. Dalam diri Djaga Depari terpahat sikap berkesenian yang konsekuen dan konsisten. Bukti ini dapat dibaca dalam sejarah hidupnya, betapa beliau semasa hayatnya berhasil membentuk Badan Musyawarah Kabupaten Karo yang beranggotakan para seniman dan dermawan.
Dengan dukungan kemandirian akademis yang diperoleh Djaga Depari melalui sejumlah pendidikan dan penguasaan bahasa asing (Inggris,Belanda,Jepang dan Jerman) telah membuktikan bahwa seorang seniman harus dibekali bakat alam dan intelektualitas.
Djaga Depari sebagai pemain biola juga penggemar olahraga binaraga dan pendiri grup musik Orkes Melati Putih. Masa perjuangan ketika itu, sang musisi ikut dalam kancah perjuangan revolusi fisik menentang penjajahan Belanda. Beliau selaku Wakil Kepala Perang Tentara Nasional Sektor Sidikalang dan menyempatkan diri mengelola penyiaran lukisan berita radio dalam bentuk sandiwara penerangan, (25 September 1945-31 Desember 1949).
Membaca kisah Djaga Depari seperti membaca literatur yang hilang dan kini ditemukan kembali di tengah situasi masyarakat kita yang memerlukan keteladanan dalam pembinaan sumber daya manusia Indonesia. Seorang seniman tidak hanya cukup bertapa dalam gua inspirasi dan bakatnya. Ia juga memerlukan dukungan dan santunan dari berbagai pengetahuan dan pengalaman dari berbagai bidang lain. Perjuangan dan tanggungjawab keseniannya harus seimbang dengan komitmen moral, sosial dan politik kebangsaannya.
Dalam menghadapi sistem informasi global dewasa ini kita memerlukan "jenius-jenius lokal" yang mampu bertahan dalam komitmen budaya bangsa Tokoh-tokoh kaliber seniman di masa revolusi dan pascarevolusi seperti Djaga Depari, Lily Suhairi, Sauti, Mozasa,Nahum Situmorang, Ahmad Baqi dan beberapa nama lain telah berdedikasi dalam bidang dan jenis keseniannya dan mempersembahkan sesuatu yang terbaik untuk bangsa dan negaranya. .
Dari kedua tokoh di atas kita perlu membangun kemandirian dan kekuatan budaya lokal dengan melatih dan menempa bakat-bakat seni musik di kalangan generasi muda yang mampu menyumbangkan karya musiknya untuk tanah air.
====
Penulis Dosen dan Sastrawan
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]