Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Judul di atas merupakan tema Hari Pahlawan tahun 2020, sebagaimana yang termuat dalam Surat Menteri Sosial Republik Indonesia nomor S.72/MS/B/5.4/PB.05.01/11/2020 tanggal 6 November 2020 tentang Surat Edaran Penyelenggaraan Upacara Peringatan Hari Pahlawan 2020. Surat ini menjadi panduan dalam kegiatan upacara Hari Pahlawan.
Diketahui bersama bahwa Hari Pahlawan mengambil tonggak yang bersejarah yaitu peristiwa heroik di Surabaya dengan Bung Tomo sebagai aktor beserta seluruh masyarakat dan pemuda Surabaya. Perjuangan inilah yang menjadi tonggak peringatan, maka ditetapkan tanggal 10 November 1945 itu menjadi momentum yang besar bagi perjuangan dan perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme.
Harus dipahami pula bahwa pertempuran dan perjuangan untuk mengenyahkan kolonialisme bukan hanya di Surabaya dan pada tanggal itu saja. Hampir setiap jengkal bumi pertiwi ini telah melahirkan para pejuang, para pahlawan pembela bangsa. Dari Sabang sampai Merauke; dari Miangas sampai pulau Rote, adalah ladang perjuangan. Tempat mandi darah, keringat, dan air mata perjuangan. Juga tidak hanya pada tanggal itu saja, 10 November 1945, tetapi jauh sebelum itu telah ada perjuangan terdahulu. Sejak bangkitnya kesadaran atas keterjajahan dan kolonialisme yang melahirkan kesengsaraan dan perbudakan, sejak itu pula perjuangan telah dilakukan oleh mereka yang mencintai kemerdekaan.
Para pahlawan telah menyabung nyawa demi Indonesia pertiwi. Tiada terkira baktinya untuk negeri ini. Semuanya tidak berharap atas imbalan; tanpa pamrih. Sungguh sebuah perjuangan yang sangat mengharu-biru, penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan yang berkepanjangan. Itulah yang telah mereka lakukan untuk generasi penerusnya; untuk kita yang sekarang ini, dan yang akan datang.
Pahlawan yang telah gugur di medan juang, adalah mereka yang tetap menjadi pahlawannya bangsa Indonesia. Pahlawan yang harus dimuliakan atas nama nilai-nilai kemanusiaan untuk merdeka. Hal itu haruslah menjadi ingatan sejarah. Menjadi ingatan kolektif bangsa ini. Kolektivitas bangsa harus mengingatnya bukan hanya pada saat ini saja. Tetapi harus lebih penting adalah untuk selamanya. Sepanjang masa adalah tetap menjadi pahlawannya bangsa Indonesia. Mereka adalah pahlawanku sepanjang masa. Inilah yang harus menjadi perhatian serius. Untuk tetap diingat sepanjang masa, selamanya.
Dengan memaknai pahlawanku sepanjang masa, maka yang patut dilakukan pada saat ini dan mendatang adalah dengan cara mengaplikasikan nilai-nilai dan semangat kepahlawanan yang telah mereka lakuakan pada masa lalu. Kita mengaplikasikannya dalam keseharian, dan untuk sepapanjang masa pula. Sehingga tiada terputus usaha untuk mempraktikkan sebagaiama yang telah dilakukan oleh mereka yang terdahulu.
BACA JUGA: Menyukseskan Musda Partai Golkar Sumut
Pahlawan bisa dimaknai sebagai perbuatan kesatria yang berkorban untuk orang lain dengan penuh keikhlasan. Paling tidak, demikian makna pahlawan secara singkat. Sehingga setiap ada perbuatan yang sedemikian itu, maka itulah yang juga bisa dimaknakan sebagai pahlawan. Nilai-nilai dan semangat kepahlawanan itu harus tetap dilaksanakan pada saat ini dan masa mendatang, dalam rangka menghargai para pahlawan yang terdahulu.
Saat ini, nilai dan semangat kepahlawan harus ditransfer kepada setiap generasi. Secara institusional, lembaga pendidikan formal menjadi salah satu sarananya. Sekolah dipandang sangat strategis untuk mentransfer nilai dan semangat kepahlawan. Sekolah sebagai sebuah wadah yang melingkupi seluruh kepntingan bangsa Indonesia. Segala macam rencana grand-desain-master pembangunan Indonesia bisa dititipkan melalui lembaga pendidikan; sekolah dan kampus.
Pendidikan akan lebih mudah dan konsisten karena mempunyai program yang berkelanjutan, berkesinambungan, dan terarah. Sehingga pendidikan harus mengambil perannya yang sangat urgen atas nama nasionalisme dalam bingkai penanaman nilai-nilai dan semangat kepahlawanan.
Oleh karenanya, siapapun harus tetap konsisten dan peduli terhadap kualitas pendidikan yang unggul. Semua pihak tidak bisa memandang sepele terhadap eksistensi pendidikan. Kontribusi seluruh lapisan masyarakat terhadap pendidikan merupakan sumbangan yang tidak ternilai untuk kemajuan bangsa, terlebih dalam menanamkan nilai-nilai dan semangat kepahlawanan.
Sikap dan sifat para penyelenggara pendidikan serta stakeholdernya harus terlihat mengedepankan semangat dan nilai-nilai kepahlawanan. Itulah yang semestinya dilihat dan disaksikan para anak didik di sekolah. Sekolah menjadi lahan pembenihan nilai-nilai dan semangat kepehlawanan. Sehingga sangat diperlukan setiap gerak warga sekolah/kampus untuk tetap mengarah kepada nilai-nilai positif tersebut. Jangan ada suatu tindakan yang dilihat siswa sebagai tindakan yang a-pahlawan. Perilaku guru yang merokok di lingkungan sekolah, apalagi di dalam kelas, merupakan salah satu tindakan yang jauh dari semangat kepahlawanan. Itu harus sudah dimafhumi oleh para pendidik dan warga sekolah.
Namun, sebelum anak-anak itu sampai di sekolah, keluarga merupakan lahan pertama dan utama dalam rangka memanamkan nilai-nilai. Apapun itu keluarga menjadi benteng utama dalam rangka mempertahankan diri dari serangan dekadensi moral dan pembiaran serta permisivisme. Keluarga menjadi lahan yang harus dipersiapkan untuk menanamkan benih-benih yang baik. Sebab, dari keluargalah seluruh anak bangsa ini.
Keluarga yang telah menanamkan nilai-nilai dan semangat kepahlawannan, akan mempermudah anak-anaknya untuk berbuat yang lebih baik dari yang dilihatnya di dalam lingkungan keluarga. Sehingga, fondasi utama untuk membangun dan menularkan semangat dan nilai-nilai kepahlawan itu adalah keluarga. Tanpa fondasi yang kuat di dalam keluarga, maka lingkungan sekolah yang telah berusaha maksimal tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Sebab, dasarnya yang diperoleh dari dalam keluarga tidak kuat. Sehingga upaya yang dilakukan di sekolah adalah sia-sia belaka. Arang habis, besi binasa. Begitulah bak kata peribahasa.
Bersamaan denga itu juga, lingkungan masyarakat luas, juga harus menjadi teladan dalam menanamkan nilai-nilai dan semangat kepahlawanan. Seluruh warga harus bisa memberikan teladan yang baik. Contoh kecil yang bisa efektif adalah bagaimana para warga masyarakat bisa melaksanakan gotong-royong di lingkungannya masing-masing. Itu saja yang menjadi awalnya. Bisakah kita sebagai warga masyarakat untuk bergotong-royong. Ini akan menjadi teladan bagi para anak-anak untuk memahami sebagai dasarnya. Sudah dilihat ada perbuatan kepahlawanan dalam skala yang kecil; gotong-royong.
Akhirnya, marilah kita menghargai para pahlawan terdahulu dengan tetap mempraktikkan nilai-nilai dan semangat kepahlawanan. Kita pasti bisa. Ingatlah perjuangan para pahlawan terdahulu. Hal itu harus menjadi ingatan kolektif bangsa kita sepanjang masa. Jadilah, pahlawanku sepanjang masa.
====
Penulis Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara ([email protected]).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]