Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Ketika era digital 4,0 berlangsung sebagaimana saat ini, maka seluruh sistem akan berubah sesuai dengan perkembangan yang sangat pesat ini pula. Gelombang perubahan terjadi begitu cepat, bahkan mungkin Alvin Toffler tak mengira secepat ini perkembangan yang bisa dicapai manusia.
Alvin Toffler adalah seorang penulis yang telah melahirkan banyak karya tulis yang berisi tentang berbagai teori mengenai revolusi komunikasi dan digital. Salah satu bukunya yang cukup fenomenal dan banyak digunakan dalam pembahasan mengenai revolusi komunikasi adalah ‘The Third Wave’ yang ditulis tahun 1980. Sampai kini buku tersebut tetap up-to-date; masih relevan dengan perkembangan teknologi informasi kekinian.
Dalam ‘The Third Wave’, Alvin Toffler menjelaskan bahwa terdapat 3 gelombang peradaban manusia. Gelombang pertama adalah gelombang agraris (tahun 800 – 1500 M), gelombang kedua adalah industri (tahun 1500 – 1970 M) dan gelombang ketiga adalah informasi (tahun 1970 sampai sekarang). Untuk lebih memahami tentang ketiga gelombang peradaban manusia dalam buku “The Third Wave”, tak salah kalau kita melek literasi terhadap buku tersebut; baik karya asli maupun terjemahannya.
BACA JUGA: Mendukung Keberhasilan Sumut Bermartabat
Sejalan dengan itu, saat ini membincangkan generasi milenial juga menjadi hal yang sangat wajar dalam rangka menyikapi arus gelombang perubahan ketiga. Saat ini arus informasi sedemikian sangat pesat. Mungkin tidak ada yang menduga secepat saat ini arus perubahan yang terjadi. Untuk itu pula, perlu diketahui karakteristik milenial tersebut. Setidaknya, yang dikatakan dengan milenial itu mempunyai 3 (tiga) karakteristik.
Membangun Konektivitas yang Handal
Yang pertama adalah Connected atau koneksi; bisa dikatakan dengan konektivitas (saling keterhubungan). Yang dimaksud dengan hal ini adalah mereka yang kepribadiannya yang pandai bersosialisasi terutama dalam komunitasnya. Mereka juga aktif berselancar di media sosial dan internet. Generasi milenial ini sangat aktif menggunakan media sosial. Rata-rata setiap lima menit sekali mereka menengok internet atau telepon selulernya, ada pesan masuk atau tidak ada. Jadi sudah kecanduan internet kelompok inilah. Bisa dikatakan yang seperti itulah deskripsi untuk yang pertama.
Mereka ini kelompok melek teknologi informasi bahkan cenderung kecanduan, yang tidak bisa melepaskan diri sebentar saja sosial-media yang dimilikinya; apakah menggunakan telepon seluler ataupun menggunakan piranti perangkat komputer (personal computer), jika dalam posisi tidak bergerak/berpindah. Sangat baik jika memang koneksi yang dibangun dapat meningkatkan kualitas diri. Dengan koneksi yang ada, maka kualitas diri semakin meningkat. Semakin berbeda menuju ke arah yang lebih baik. Inilah relasi antara koneksi dengan kepribadian diri.
Sesungguhnya konektivitas dapat diarahkan kepada kebaikan dirinya sendiri dan masa depan bangsa ini. Konektivitas yang handal dapat dijadikan piranti untuk memperkuat eksistensi diri dalam mengarungi kancah persaingan global saat ini. Sebab, kompetisi saat ini bukan hanya kalangan lokal, ataupun, sebatas nasional. Bahkan saat ini telah sampai pada persaingan internasional. Hal itu sudah dimulai, dan jangan sampai tertinggal warga dan bangsa Indonesia. Menguatkan konektivitas untuk meningkatkan eksistensi diri menjadi sesuatu yang mutlak untuk dicapai saat ini.
Kreativitas yang Meningkat
Karakteristik kedua adalah kreatif (creative), yang mana generasi milenial merupakan orang-orang yang mempunyai kemampuan berpikir sangat luar biasa. Bahkan sangat mampu menggunakan pemikirannya untuk mengelola suatu pemikiran yang tidak semestinya. Pemikiran yang jauh dari semestinya, namun hal itu bernilai positif. Pemikiran yang “out of the box” jika dipergunakan secara optimal akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang sedang dihadapi secara pribadi maupun secara kolektif. Kelompok ini juga biasanya kaya dengan ide dan gagasan, serta mampu mengomunikasikan ide dan gagasan mereka kepada orang lain dengan sangat baik. Dapat dikatakan sangat komunikatif dalam ber-sosial media. Kemampuan mengkomunikasikan ide inilah yang menjadi pertanda keunggulan pribadi. Mereka boleh dikatakan sebagai generasi kreatif. Sebagai bukti, saat ini industri kreatif yang dimotori anak-anak muda berkembang pesat.
Kelompok ini berpikir kreatif, sehingga mampu menciptakan peluang usaha. Dalam konteks ini, para star-up tumbuh dan beranak-pinak di negeri ini, adalah wujud dari kreativitas dalam era digitalisasi 4.0 ini. Saat ini, peluang usaha yang berbasis aplikasi telah menjamur. Dan bisa dipastikan adalah dari kalangan mereka yang melek digitalisasi komunikasi. Hal yang tersebut ini dapat dengan nyata setiap kali kita membuka dunia virtual. Banyak produk barang dan produk jasa telah disematkan di dalam dunia virtual. Banjir penawaran baik barang maupun jasa, dalam jejaring sosial media.
Kepercayaan Diri yang Positif
Karakteristik ketiga ialah kepercayaan diri (confidence), yang mana generasi milenial ialah orang-orang yang sangat percaya diri, berani mengemukakan pendapat, dan tidak sungkan berdebat melalui media sosial. Pendapatnya langsung dikemukakan dengan jelas dan tegas di sosial media yang dimiliki dengan menggunakan akun yang dimiliki. Itulah gelombang demokrasi yang mulai terkembang. Demokrasi yang seperti sudah milik para kaum milenial. Tidak ada kecanggungan mereka dalam mengungkapkan buah pikirnya. Terlihat secara bebas mereka mengunkapkannya.
Berbagai media sosial yang ada telah dimasuki kaum milenialis. Mereka dengan tegas dan jelas menyampaikan apa yang menjadi aspirasinya yang diharapkan dapat menginspirasi semua kalangan. Tragisnya, kalau pendapatnya ataupun aspirasinya yang menyimpang, justru tidak terkontrol secara fatal. Bahkan cenderung provokatif terhadap suatu aliran ataupun gerakan yang bertentangan dengan konsep Empat Pilar Kebangsaan Indonesia (Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika). Sehingga muncullah berbagai macam etika yang menyimpang. Karena memang sudah di luar batas dan tidak terkontrol. Kalau sudah begini, ujung-ujungnya akan berurusan dengan aparat penegak hukum. Sungguh sangat disesalkan, jika terjadi yang sedemikian itu akan mendatangkan malapetaka bukan hanya bagi bangsa ini, tetapi juga terhadap dirinya sendiri.
Penutup
Akhirnya, ketiga karakteristik tersebut sangat berpengaruh pada perilaku mereka sehari-hari. Misalnya, mereka lebih percaya pada informasi yang sifatnya interaktif, lebih memilih ponsel ketimbang menonton televisi, dan cenderung tidak loyal terhadap tempat bekerja. Sejatinya, kondisi digitalisasi yang sangat berkembang ini dapat dipergunakan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas diri demi memenangi persainan global, dunia internasional.
====
Penulis Kasubbag Kesejahteraaan Masyarakat pada Biro Sosial dan Kesejahteraan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Sumatra Utara/Mahasiswa S-3 Perencanaan Wilayah Universitas Sumatera Utara. ([email protected]).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel dibuat menjadi subjek email. Tulisan TIDAK DIKIRIM DALAM BENTUK LAMPIRAN EMAIL, namun langsung dimuat di BADAN EMAIL. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]