Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Sampai tulisan ini saya buat, per tanggal 9 Desember 2020 (pukul 16.54), data dari Formades menyebutkan suara perolehan Bapak Dosmar-Oloan berada pada angka 48,77%. Dari data ini, Pak Dosmar kelihatan kalah. Sementara itu, di versi lain, kemenangan di tangan Pak Dosmar dengan angka 52,28%. Apa artinya bagi kita?
Artinya satu saja, jika Pak Dosmar terpilih, ia punya PR untuk menyatukan kembali Humbahas. Tak bisa dimungkiri, dari dua data tersaji tersebut, pilkada Humbang hari ini seperti "pilpres". Militansi pendukung sangat kuat. Arti yang lain, Pak Dosmar tak mulus sekali mendapat restu.
Walau begitu, jika pada akhirnya beliau menang, ia harus jadi bupati bagi siapa pun. Ia harus merangkul warga yang kini terpecah karena militansinya untuk pilihan masing masing. Sebab, menang melawan kandidat lain daripada menang melawan kotak kosong adalah berbeda. Menang melawan kandidat lain sudah pasti belum tentu menolak Petahana sehingga aroma penolakan tidak terlalu kental.
BACA JUGA: Bahasa 'Lucu' (?) ala KPU Humbang Hasundutan...
Pertimbangannya sederhana. A melawan B. Jika B dipilih, itu belum tentu menolak apalagi benci pada A. B dipilih mungkin karena alasan keluarga, pertemanan, atau juga karena B lebih baik daripada A. Tetapi, jika A melawan kotak kosong dan kotak kosong lebih dipilih, itu bentuk dari penolakan frontal serta konfrontatif. Ini menjadi PR berat bagi Dosmar, lagi lagi, jika beliau memang terpilih.
Saya memilih menggunakan figur Dosmar pada tulisan ini karena memang, ia adalah personifikasi yang paling bisa diraba sebagai pejabat Bupati. Andai kotak kosong menang seperti diperlihatkan data formades di atas, personifikasi bupati belum bisa kita raba sehingga saya tak menuliskannya di sini.
Yang mau disuarakan di sini, jika Pak Dosmar menang, harus ditegaskan: ia menang melawan kotak kosong, bukan kandidat lain. Aroma penolakan begitu kental di sana. Teapi, bagi saya, Pak Dosmar, dengan segala sepak terjangnya sejauh ini, sangat bisa meredakan ini semua. Tentu saja dengan merangkul para penolak itu. Caranya, fokuslah membangun daerah pada lokasi penolakan, seperti PA-PA-TAR.
Jika Pak Dosmar melakukan ini, ia sudah bisa membuktikan bahwa ia tidak hanya bisa mengalahkan kotak kosong, tetapi lebih penting dari itu, ia sudah memenangkan hati orang orang yang sempat menolaknya. Jika pipimu ditampar, kasih lagi pipi yang lain. Jika Pak Dosmar ditolak di sebuah daerah, terima mereka dengan memenangkan hati mereka melalui pendekatan pembangunan.
Pemilu sudah selesai. Semestinya, tak ada lagi aroma perselisihan. Biasanya, yang menang harus merangkul. Jika yang menang tak merangkul, ia bukan pemenang sejati. Saya yakin, dengan beda suara yang sangat tipis, jika Pak Dosmar menang, ia akan jadi yang sejati.
Lagipula, kemenangan tipis tak elok dirayakan, kecuali dengan merangkul mereka yang menolak. Sebagai pejabat Bupati yang paling bisa diraba saat ini, sebagai warga Humbang Hasundutan, saya berharap, Dosmar menjadi yang sejati: merangkul dan membangun daerah yang tertinggal, seperti Pakkat, Parlilitan, Tarabintang (PA-PA-TAR). Semoga!
====
Penulis Aktif di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) dan Toba Writers Forum
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel dibuat menjadi subjek email. Tulisan TIDAK DIKIRIM DALAM BENTUK LAMPIRAN EMAIL, namun langsung dimuat di BADAN EMAIL. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]