Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Pandemi Covid-19 yang mendera sejak Maret 2020, belum tahu kapan berujungnya. Bahkan angka korbannya saat ini (Jumat, 28/01/2021) di Indonesia sudah mencapai 1.134.854 jiwa dan menelan korban jiwa tidak kurang dari 31.202 jiwa. Inilah korban yang tampak nyata tentang jumlah jiwa dan angka kesakitan penduduk Indonesia.
Sungguh korban terus bertambah, sementara vaksinasi juga masih berjalan masih belum mencukupi sebanyak jumlah penduduk, dan harus dua kali divaksin. Inilah kondisi yang sangat mengenaskan bagi bangsa Indonesia, walaupun hal yang sama bisa juga sangat mungkin dialami oleh bangsa lain. Tetapi kondisi bangsa ini memang masih terus berjuang untuk bangkit dari kekejaman pandemi Covid-19.
Semakin Parah
Jumlah kasus terkonfirmasi yang terus bertambah seiring bertambahnya waktu, membuat kekhawatiran tersendiri. Banyak jiwa yang melayang, ataupun sekadar menderita akibat dijangkiti Covid-19. Yang jelas, tampilan data yang dikeluarkan institusi yang resmi menunjukkan angka pergerakan yang terus meningkat. Kondisi inilah yang sedang terjadi.
Pandemi Covid-19 berdampak sangat merugikan bagi masyarakat dunia, salah satunya dampak dari sisi ekonomi. Pandemi ini seharusnya membuat dunia sadar dan bersiap menghadapi risiko jangka panjang, termasuk perubahan iklim, serangan dunia maya, dan senjata pemusnah massal. Hal ini terungkap dalam Global Risks Report 2021 dari World Economic Forum (WEF). Dalam laporan ini, WEF membagikan hasil terbaru dari Global Risks Perception Survey (GPRS). Laporan ini berisi kesimpulan untuk meningkatkan ketahanan, mengambil pelajaran dari pandemi, serta analisis risiko historis.
Di dalam laporan tersebut, kerugian manusia dan ekonomi secara langsung dari Covid-19 disebut sangat besar, di antaranya mengancam kemunduran kemajuan dalam pengurangan kemiskinan dan ketidaksetaraan, dan melemahkan kerja sama global. Jelas sekali laporan ini mengindikasikan bahwa akan terjadi hal yang semakin memburuk untuk seluruh kawasan; tidak terlepas juga Indonesia.
Tampaknya kondisi tersebut membuat kemiskinan yang semakin parah. Angkanya semakin melonjak naik. Untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per-kapita per-bulan di bawah garis kemiskinan.
Berbagai Peluang Usaha
Kondisi saat ini telah banyak melahirkan pengangguran yang dikarenakan berhentinya berbagai sektor industri, perdagangan, jasa, serta berbagai bidang lainnya. Titik kulminasinya adalah perumahan para karyawannya. Alias, banyak karyawan yang dipecat. Kondisi ini terjadi secara global, tidak hanya di Indonesia. Kondisi global ini mengharuskan seluruh umat manusia untuk berpikir keras bagaimana menyikapi kondisi agar tidak semakin parah terjadi.
Beberapa di antaranya adalah mereka yang sukses menata perekonomian keluarganya dengan baik. Bahkan jauh lebih baik dari selama masa pandemi covid-19 ini terjadi. Mereka berhasil membaca berbagai peluang yang mungkin dilakukan dalam kondisi pandemi covid-19 yang sangat parah.
BACA JUGA: Membangun Generasi Milenial yang Berkualitas
Hal ini dapat dilihat berbagai unit usaha rumahan yang semula hanya dalam skala kecil, namun dikarenakan kondisi lingkungan sosial kemasyarakatan seperti ini, maka unit usaha rumahan tersebut terus melejit berkembang. Usaha rumahan yang telah membesar tersebut, tentunya akan menyerap tenaga kerja yang lebih lagi dari yang semula. Hal ini dikarenakan mereka berhasil memahami berbagai peluang yang sangat mungkin untuk dilakukan dalam kondisi perekonomian yang sangat parah baik secara nasional, maupun secara internasional.
Keunggulan dalam Menyiasati Pandemi
Mereka yang menjadi usahawan baru pada saat masa pandemi covid-19, adalah wujud dan bukti keunggulan mereka dalam menyiasati pandemi covid-19. Bahwa keunggulan tersebut adalah proses belajar dari sulitnya perekonomian keluarga. Ada geliat pribadi untuk bangkit dari keterpurukan perekonomian keluarga. Dikarenakan besarnya faktor tekanan, maka akan memunculkan kreasi dalam mengelola sesuatu. Sehingga terjadilah aktivitas bisnis yang sangat menjanjikan di tengah kondisi pandemi covid-19. Padahal yang semacam itu, sebelumnya terlihat biasa-biasa saja. Namun, dikarenakan kreasi dan kemampun membaca peluang, maka mereka menjadi bagian dari orang yang sukses di tengah masyarakatnya.
Sungguh pun banyak yang sukses, bahkan super sukses, namun dalam hitungan statisik, akan menghasil data yang menunjukkan angka kemiskinan yang terus bertambah parah. Hal ini dikarenakan memang sangat sedikit yang berhasil dalam menyiasati kondisi pandemi. Jadi, hal ini merupakan hasil perhitungan rata-rata masyarakat suatu wilayah, sebagaimana yang disebutkan oleh BPS.
Menjadi kaya pada masa pandemi telah dicapai oleh segelintir orang. Dan jumlah yang sebaliknya justru bertambah besar. Dikarenakan penghitungannya oleh BPS adalah menggunakan angka rata-rata, maka hasil akhirnya adalah “jeblok” secara masif. Hal ini semakin tampak pada suatu wilayah yang sangat padat pendudukanya, seperti provinsi di Pulau Jawa; Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Provinsi itulah yang menjadi penyebab menurunnya secara drastis angka kemiskinan. Hal itu dikarenakan jumlah pendudukan yang sangat padat.
Penutup
Kiranya dengan kondisi pandemi Covid-19 yang semakin parah, perlu disiasati dengan berbagai kegiatan bisnis. Bisnis yang dilakukan adalah dalam upaya untuk bangkit dari keterpurukan. Semuanya pasti bisa menemukan titik optimal untuk bisa maju dan berkembang. Sehingga sangat diharapkan akan muncul para enterpreunership yang tumbuh banyak, bagai cendawan tumbuh di musim penghujan.
Semoga saja kita mampu menyiasati kondisi pandemi covid-19 dengan berbagai usaha bisnis. Mulai yang kecil saja. Bahkan kita harus ingat, bahwa perusahaan coca-cola pada tahun pertamanya hanya mampu menjual 25 botol. Kini? Luar biasa!
====
Penulis Kepala Subbagian Nonpelayanan Dasar I pada Biro Kesejahteraan Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi Sumatra Utara/Mahasiswa S-3 Perencanaan Wilayah, Universitas Sumatra Utara.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel dibuat menjadi subjek email. Tulisan TIDAK DIKIRIM DALAM BENTUK LAMPIRAN EMAIL, namun langsung dimuat di BADAN EMAIL. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]