Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada hari Sabtu (13/2/2021), meminta Cina untuk menyerahkan semua data yang tersedia terkait awal pandemi COVID-19. Hal ini menyusul laporan hasil investigasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Tim WHO menghabiskan waktu sekitar empat minggu mencari tahu asal-usul COVID-19 di Cina. Hasilnya disebut masih belum diketahui pasti dari mana sumbernya, namun kemungkinan besar tidak berasal dari laboratorium karena tidak ditemukan bukti-bukti.
Penasehat keamanan Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan penting agar tim investigasi bekerja secara independen. AS menduga ada tekanan dari Cina yang membuat tim WHO tidak bisa menghasilkan laporan yang sesungguhnya.
"Kami memiliki keprihatinan mendalam terkait bagaimana hasil investigasi COVID-19 ini dilaporkan. Kami mempertanyakan bagaimana prosesnya sampai bisa mencapai kesimpulan itu," kata Jake seperti dikutip dari Reuters, Minggu (14/2/2021).
Tim WHO memang sempat dilaporkan mengalami kesulitan karena terhambat akses masuk ke Cina. Salah satu investigator mengaku saat mulai bekerja pun mereka tidak memiliki data yang lengkap.
Ahli penyakit infeksius dari Australia yang tergabung dalam investigasi, Dominic Dwyer, menjelaskan tim WHO sempat meminta data 174 kasus pasien awal wabah COVID-19. Namun, otoritas Cina menolak memberikan data secara detail dan hanya memberikan rangkumannya saja.
"Penting agar laporan ini bisa independen. Para ahli seharusnya bisa bebas dari intervensi atau manipulasi oleh pemerintah Cina," lanjut Jake.
"Untuk bisa memahami pandemi ini dengan lebih baik dan bersiap menghadapi yang berikutnya, Cina harus memberikan seluruh data yang tersedia," pungkasnya.(dth)