Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdsily.com - Rantauprapat. Hingga H-4 Lebaran, kondisi Pasar Glugur Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, ternyata masih sepi pembeli. Rata-rata pedagang mengaku mengalami penurunan omset hingga 50? dibanding Lebaran tahun sebelumnya.
"Sepi. Masih sepi. Padahal hari ini adalah hari Minggu terakhir yang biasanya menjadi puncak. Kalau tahun lalu, duduk saja pun tak sempat. Ini tengok (lihat) lah, mengantuk awak," kata seorang pedagang pakaian anak-anak, Bilner Siregar, yang ditemui di lantai dasar Pasar Glugur Rantauprapat, Minggu (9/5/2021).
Bilner mengatakan kondisi saat ini, melesat jauh dari bayangannya. Sebelumnya ia mengaku telah mengeluarkan modal puluhan juta untuk menambah stok barangnya.
"Terakhir kemarin, aku belanja Rp 60 juta untuk menambah stok. Sampai hari separuhnya pun belum laku. Kayak (seperti) hari ini, dari pagi tadi baru Rp 2 juta lah omset," kata pedagang yang mengaku telah puluhan tahun berdagang pakaian tersebut.
Menurut Bilner perdagangan online menjadi salah satu penyebab sepinya pengunjung yang datang. Selain itu efek pandemi pun tak diingkarinya ikut memperburuk situasi ini.
"Kalo menurut aku, orang-orang sekarang banyak yang beli online. Ditambah lagi Corona ini, makin malas lah orang-orang berkumpul ramai-ramai," katanya.
Hal senada juga dirasakan para pedagang perhiasan di pasar terbesar se Kabupaten Labuhanbatu tersebut. Menurut pedagang, saat ini harga Emas sebenarnya sedang turun. Namun hal ini, ternyata belum mampu menggenjot minat masyarakat untuk membeli perhiasan.
"Harganya lagi turun ini. Sebelumnya 1 mayam (3,33 gram) Emas London itu, Rp 3,5 juta harganya. Sekarang Rp 2,9 juta. Tapi tetap masih kalah dibanding tahun lalu," kata seorang pedagang Emas, Sembiring menjawab pertanyaan wartawan.
Sembiring mengatakan perhiasan juga lazimnya menjadi salah satu komoditi yang jadi buruan masyarakat menjelang lebaran, seperti saat ini. Namun kondisi ekonomi yang lemah, menurut Sembiring merupakan penyebab menurunnya saya beli masyarakat.
"Kalau menurut saya, kondisi ekonomi yang lemah. Termasuk dampak Covid ini lah," kata Sembiring, tentang penyebabnya.
Setali tiga uang, hal yang sama juga dirasakan pedagang kue lebaran. Seorang pedagang berasumsi larangan mudik menjadi penyebab sepinya penjualan.
"Abang lihat sendiri lah bang. Gak ramai kan. Kalau aku menurun setengahnya lah dibanding tahun lalu. Mungkin karena dilarang mudik itu, jadi keluarga yang berkumpul pun berkurang. Karena itulah orang jadi berkurang juga beli kue hari raya nya," kata seorang pedagang kue lebaran, Ronald, menyampaikan asumsinya.
Namun pendapat berbeda disebutkan oleh Putra Siregar. Seorang pedagang minuman yang telah 7 tahun berdagang di Pasar Glugur.
Menurut Putra, kondisi jalan menuju Pasar Glugur yang rusak parah, menjadi penyebab utama minimnya pengunjung yang datang. Selain itu pengelolaan Pasar yang tidak terawat juga diyakininya menyumbang kondisi yang tidak ideal ini.
"Bayangkan lah kondisi jalannya kayak (seperti) ini. Lubangnya besar-besar. Orang mau lewat aja pun malas. Ditambah lagi pengelolaan nya gak betul. Eskalator rusak. Sampah berserak. Kayak mana lah orang mau datang," katanya.
Putra mengatakan analisanya diatas berasal dari keluhan para pengunjung yang sering didengarnya. Dia menjelaskan, keluhan tersebut sudah didengarnya sejak hampir setahun terakhir saat pengunjung singgah melepas penat ke tempatnya.
"Orang-orang yang belanja sering minum jus disini Bang. Rata-rata mereka mengeluh, tentang jalannya lah, tentang beceknya lah, sampahnya, terus belakangan ini eskalator yang tak hidup, yang dikeluhkan orang," kata Putra.