Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pemerintah kembali memaparkan perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia. Pemerintah membandingkan perkembangan kasus positif di Indonesia dengan India yang saat ini tengah mengalami lonjakan kasus yang tinggi.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, menyebut COVID-19 di RI per 10 Mei 2021 terjadi penambahan kasus positif sebanyak 4.891, di mana jumlah kasus aktif adalah 96.742 atau 5,6 %. Sedangkan jumlah kasus sembuh adalah 1.574.615 atau 91,6 persen. Sedangkan jumlah meninggal adalah 47.218 atau 2,7 persen.
"Hari ini saya akan menyampaikan terkait trend positivity rate Indonesia jika dibandingkan dengan India sejak Agustus 2020," kata Wiku dalam siaran YouTube, Sekretariat Presiden, Selasa (11/5/2021).
Wiku mengatakan sejak awal positivity rate di India lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia. Menurutnya, rata-rata positivity rate di India hanya berkisar 2-3 %, tertinggi adalah 8 % pada September 2020.
"Namun kondisi ini berubah sejak April 2021, positivity rate di April mencapai 14 %, bahkan di Mei sejauh ini mencapai 21,7 %," ucapnya.
Wiku menilai hal itu merupakan dampak dari terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di India selama beberapa minggu terakhir dengan penambahan kasus positif hingga mencapai 400 ribu dalam satu hari.
Sedangkan positivity rate di Indonesia, Wiku menjelaskan bahwa positivity rate Indonesia cenderung mengalami peningkatan yang cukup tinggi di Januari hingga akhir Februari 2021. Peningkatannya hingga mencapai 27,2 %, lebih tinggi daripada positivity rate di India.
"Namun Indonesia mencoba belajar dari kondisi COVID-19 di tahun lalu yang berdampak hingga awal tahun ini," ujarnya.
Menurut Wiku, perbaikan dengan penghapusan cuti bersama pada tanggal-tanggal merah serta intervensi kebijakan melalui PPKM Mikro dan pembentukan posko di tingkat desa atau kelurahan terbukti berpengaruh dalam menurunkan angka penambahan kasus positif dan kasus aktif. Wiku menyebut positivitiy rate di Indonesia pada Mei 2021 adalah 11,3 %, atau yang terendah selama pandemi ini.
"Secara umum data ini menunjukkan bahwa saat ini positivitiy rate di India sedang meningkat tajam hingga ke titik tertinggi. Sedangkan di Indonesia sedang menurun cukup drastis hingga ke titik terendah," katanya.
Wiku berpesan agar keadaan ini harus dijadikan refleksi. Menurutnya, kenaikan kasus di India yang terjadi akibat kegiatan keagamaan dan kegiatan politik yang menimbulkan kerumunan massal ternyata mampu meningkatkan positivity rate dari yang sebelumnya hanya 3 % menjadi 22 % hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan.
"Sedangkan di Indonesia sendiri butuh belajar selama 12 bulan menangani pandemi untuk akhirnya menemukan formulasi yang tepat dalam menjaga agar kasus dapat semakin turun setiap harinya. Maka dari itu tentunya kita tidak mau kondisi COVID-19 di Indonesia yang sudah mulai menunjukkan perbaikan ini kembali memburuk," ucapnya.
Dia berharap agar masyarakat tidak memaksakan untuk mudik ke kampung halaman. Jika hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan kasus COVID-19 di Indonesia akan kembali meningkat bahkan sama parahnya dengan di India.
"Sebagai gambaran keadaan di India ini sangat mengkhawatirkan di mana rumah sakit sudah tidak lagi menampung pasien baik COVID-19 maupun non Covid. Bukan hanya rumah sakit yang sudah tidak mampu lagi, baik dari tenaga kesehatannya maupun alat kesehatan dan obat-obatan juga tidak mencukupi lagi," katanya.
"Jangan sampai kita berada dalam kondisi seperti ini, maka dari itu jangan lakukan silaturahmi fisik. Ketahuilah jika kita masih memaksakan untuk bertemu dalam rangka silaturahmi fisik baik dengan keluarga atau kerabat di mana pun, maka kemungkinan besar kita dapat tertular dan menularkan virus COVID-19," imbuhnya.(dtc)