Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Minggu lalu, ketika saya berada kampung, yang kebetulan berada di pelosok kabupaten Dairi, saya merasa sedikit kebingungan setelah berada di sana dan membuat saya gelisah. Pada waktu itu kebetulan saya dan beberapa tetangga saya sedang menonton sebuah berita yang menyajikan tentang Jaringan 5G sudah dapat dinikmati di Indonesia. Di sela-sela itu, muncul sebuah pertanyaan di benak saya bagaimana nasib generasi milenial yang berada di desa kami yang masih belum tersentuh jaringan internet? Lalu, bagaimana jadinya mereka memahami perkembangan teknologi meski mereka memiliki objeknya (handphone) yang takbisa di fungsikan secara utuh?
Saya mengamati beberapa hari kemudian. Saya melihat beberapa masyarakat desa mulai dari yang dewasa hingga anak-anak remaja memegang gawai dengan berbagaimacam merek. Saya sempat geleng-geleng kepala ketika melihat mereka menggunakan handphone canggih tanpa sinyal dan internet, terlihat serasa hambar.
Jika melihat, data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet Indonesia sebanyak 143,26 juta atau sekira 55% dari jumlah populasi. Artinya, masih terdapat 45% sisanya yakni sekira 117 juta masyarakat yang masih belum tersentuh internet.Dari 143,26 juta orang pengguna internet tersebut ternyata 49,52% di antaranya adalah anak muda.
Padahal, pada perkembangan zaman sekarang, internet saat ini secara umum sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Semakin canggihnya suatu teknologi maka akan mengubah pola hidup kita. Bahkan dengan cara yang tidak dapat kita bayangkan saat ini.
Misalnya, perubahan gaya hidup di lingkungan masyarakat tampak terlihat bahwa gaya tradisional atau kebiasaan lama bisa berubah seketika, ini diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat. Fakta tersebut dapat di buktikan melalui perilaku modernisasi masyarakat. Karena masyarakat saat ini terlihat sangat antusiasmenggunakan berbagai platform aplikasi digital seperti Facebook, Twitter, Youtube, WhatsApp dan lain sebagainya. Sebagai sarana yang efektif menyampaikan segala aktivitas.
BACA JUGA: Kreatifitas dan Solusi Problem Pengangguran di Era Digital
Salah satu perkembangan teknologi informasi di zaman generasi milineal adalah telepon seluler (ponsel). Dimna gadget ini menjadi sarana komunikasi yang cukup penting dan dan dapat dibawa kemana-mana dengan sangat mudah. Gadget semakin tersa berfungsi jika di sediakan layanan internet.
Tak heran jika kebanyakan generasi milenial sekarang, tiap kali datang ke kafe ataupun restoran, mereka memiliki 2 (dua) pertanyaan yang sering muncul sebelum memesan makanan : Ada WiFi gak? Ada colokan gak?
Wajar sih. Ini selalu menjadi 2 pertanyaan wajib. Karena mayoritas dari milenial saat ini mampu mengonsumsi internet 4 - 6 jam setiap harinya.
Di sisi lain, kita sering mendengar ketika ahli-ahli mengatakan, “generasi muda adalah agen perubahan” yang sesungguhnya generasi ini memiliki kompetensi dan kualitas yang koprehensif dalam setiap agenda perubahan itu sendiri. Namun bagaimana jika nasib generasi ini masih tertinggal dalam pemanfaatan teknologi secara utuh? Disinilah muncul sebuah urgensi jika sebuah wilayah tidak tersentuh dengan teknologi yang memadai akan berakibat fatal pada tingkat pengetahuan.
Saya membayangkan di era perkembangan zaman yang sangat pesat ini ketika masih ada masyarakat pelosok yang tidak tersentuh dengan teknologi yang cukup memadai. Maka akan melahirkan generasi-genarasi muda yang memiliki pemikiran kolot (gaptek) karna tidak tersentuh informasi seperti berita, ketertertinggal di bidang pengetahuan ekonomi dan bisnis digital,hingga minimnya pemahaman di bidang teknologi dan infomasi.
Dan bahkan dimasa pandemi saat ini PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang mestinya di dilakukan secara daring terhambat dantidak terlaksana dengan baik. Hal yang cukup menarik lagi bagaimana proses pembelajaran yang di lakukan jika jaringan intermet tidak ada ?
Misalnya, yang terjadi di Papua bulan Mei lalu ketikajaringan internet terganggu atau mati akibatnya aktivitas yang memakai jasa internet ikut tersendat,termasuk proses pembelajaran-mengajar yang dilakukan secara daring di sekolah.
Mestinya generasi muda yang berada di daerah terpencil mendapat perhatian dari pemerintah demi masa depan yang lebih baik lagi. Karena manusia kini hidup di era digital, dimana informasi tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Kini, informasi apa saja dapat diakses, kapan pun, dimanapun, hanya dengan menggeserkan jari-jemari pada layar ponsel pintar. Jangkauan informasi yang dapat diakses pun semakin luas. Saat ini berita-berita relevan maupun tidak relevan, kredibel ataupun tidak dapat di akses dengan mudah.
====
Penulis Tinggal di Medan.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]