Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MENJEJAKKAN kaki di kampus dan menjadi seorang mahasiswa adalah suatu keinginan dan kebanggaan besar untuk saya saat itu. Mimpi saya menjadi mahasiswa tersebut merupakan inspirasi untuk membangun kualitas diri, serta prestasi menjadi kaum intelektual yang bermakna dan bermanfaat dalam menghadapi berbagai tantangan (civic skills) di era perkembangan zaman yang sangat pesat saat ini.
Menyandang predikat sebagai seorang mahasiswa bagi saya memiliki tanggung jawab moral dan sosial yang harus dibuktikan kepada keluarga maupun masyarakat. Karena sejatinya mahasiswa memiliki esensi kemampuan yang kompleks, sehingga mampu melihat suatu persoalan secara utuh dan memaknai suatu persoalan secara menyeluruh.
Kampus adalah dunia di mana saya mulai menimba berbagai ilmu pengetahuan, mempersiapkan masa depan, dan mengembangkan diri menjadi pribadi yang berkualitas dan kompetitif. Rajin kuliah, mengerjakan tugas tepat waktu, melakukan penelitian, mencari referensi di perpustakaan dan mencapai indeks prestasi kumulatif tinggi. Sebagai calon cendekiawan muda dan aktor intelektual handal idealisme untuk belajar menjadi suatu yang harus di prioritas. Hal tersebut mutlak inisiatif seluruh mahasiswa pada umumnya.
Tetapi menjadi hambar dan bertolak belakang, jika mahasiswa hanya mengembangkan diri dalam lingkungan internal kampus saja, yaitu belajar, mengerjakan tugas dan dapat nilai baik. Sebagai seorang mahasiswa berprestasi di bidang akademik memang sudah menjadi sebuah kewajiban untuk belajar. Benar! Tugas seorang mahasiswa adalah belajar. Tetapi, apa iya cukup kalau hanya belajar?
Pandangan sempit saya bahwa belajar di ruang kelas sudah cukup untuk mengasah kompetensi dan kualitas diri serta kemampuan akademik. Namun faktanya, dalam membina profesionalisme diri menjadi aktor perubahan (agent of change) dapat di bentuk di luar dari penerapan teori-teori yang di berikan di kelas (kampus). Salah satu tempat untuk mengasah kompetensi diri adalah berperan aktif di organisasi mahasiswa sebagai tempat menyalurkan ide-ide inovatif, kreatif dan produktif.
Menurut hemat saya, jauh lebih afdol dan lebih tepat seluruh pengetahuan mahasiswa tidak hanya di praksiskan pada saat proses belajar mengajar di ruang kelas kampus, atau hanya sebagai syarat untuk cepat wisuda. Namun, wawasan akademik yang telah terbangun di dalam kampus pada proses belajar tersebut dapat di implementasikan di berbagai organisasi-organisasi, seperti organisasi mahasiswa (ORMAWA). Misalnya organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), bahkan organisasi-organisasi eksternal kampus yang berlabel komunitas yang didalamnya berisikan mahasiswa-mahasiwa yang memiliki visi dan misi yang sama.
BACA JUGA: Merdeka Belajar dan Pelajar di Kampung
Sejalan dengan gagasan tersebut di atas, pengalaman pribadi saya dalam beroganisasi sudah saya rasakan sejak pertama menjejakkan kaki di kampus. Meski sebelumnya, organisasi tidak sangat penting untuk saya selaian belajar di kelas. Akan tetapi ketika saya mulai mengenal organisasi dikampus, saya mulai memahami dan mengerti bahwa organisasi adalah kesempatan emas untuk mengeksplor seluruh pontensi diri, keyakinan diri dan kepercayaan diri sebagai calon pemimpin masa depan serta memanfaatkan organisasi untuk mencuri pengalaman baru dan ilmu baru.
Mahasiswa dan oraganisasi jika kita telisik, ibarat kuku dan daging artinya suatu pasangan yang tidak pernah terpisahkan. Di mana organisasi merupakan sarana atau wadah efektif bagi mahasiswa untuk mengekspresikan seluruh potensi di dalam dirinya. Walau pun di lain sisi masih banyak mahasiswa yang cuek dan tidak peduli betapa pentingnya beroganisasi, bahkan tidak sedikit dari mahasiswa sekarang memberikan paradigma negatif terhadap organisasi. Organisasi hanya menghabiskan waktu, tenaga dan materi. Begitu katanya.
Tetapi fakta empiriknya, bergabung di sebuah organisasi kita bisa belajar tentang banyak hal yang notabene kita tidak di ajarkan dalam kurikulum normatif kampus. Beberapa contoh seperti, melatih membangun sosialisasi, melatih jiwa kepemimpinan, memperluas jaringan, menyalurkan hobi dan minat dan sebagainya. Selain itu, organisasi juga sebagai laboratorium pendidikan bagi mahasiswa untuk menguji dan mengembangkan soft skill maupun hard skill yang di miliki.
Dewasa ini organisasi dapat memberikan manfaat yang begitu variatif dan menjadi penunjang prestasi. Potensi berorganisasi sangat mendorong kemampuan belajar dan berbagi pendapat dalam mengambil kebijakan hingga keputusan. Banyak pikiran-pikiran baru yang bisa kita adopsi sebagai acuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan strategis di lingkungan sosial masyarakat.
Aktif berpartisipasi dalam organisasi kemahasiswaaan memberikan banyak pengalaman yang cukup signifikan. Berkontemplasi dengan berbagai pemikiran teman-teman seorganisasi adalah bekal dalam membangun karier yang mililitan. Karena mahasiswa berprestasi tidak hanya di ukur dari indeks prestasi kumulatif yang tinggi, tatapi nilai prestasi tersebut bisa dilihat dari loyalitas dan kualitas beroganisasi. Oleh sebeb itu, untuk rekan-rekan mahasiswa, mari menjadi pelaku oganisasi yang inovatif, kreatif dan progresif sebagai wujud kegiatan akademik.
====
Penulis Alumni FISIP Universitas Darma Agung Medan.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]