Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
PADA 2022, Indonesia menjadi tuan rumah dari beberapa even internasional yang sangat penting. Sala satu even utama adalah momen penyelengaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang diselenggarakan di Pulau Bali. Momentum ini jelas akan menjadi kesempatan bagi pulihnya dunia pariwisata di tanah air untuk dapat menunjukkan kepada masyarakat global akan mulai bangkitnya dunia pariwisata dalam negeri. Tentu hal ini bukan hal yang cukup mudah. Karena sepanjang tahun 2020 hingga akhir 2021, dunia pariwisata Indonesia tengah meredup lantaran terhantam dampak pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai.
Penyelenggaraan KTT G20 tentu saja memberikan momentum yang sangat besar dan berarti bagi eksistensi kebangkitan dunia pariwisata dalam negeri Indonesia. Berangkat dari alasan itulah sebagai tuan rumah pemerintah Indonesia harus membuat percaya para wisatawan mancanegara untuk tetap datang ke Indonesia.
Banyak kalangan sangat berharap jika upaya pemulihan sektor pariwisata Indonesia didukung dengan beberapa aspek penting yang menjadi kontrol kekuatan pemulihan sektor pariwisata secara komprehensif. Salah satu aspek utamanya ialah soal konsistensi panduan wisata yang sangat jelas serta tak berubah -ubah. Konsistensi dalam menerapkan kebijakan berwisata jelas menjadi nilai yang penting karena berangkat dari hal inilah para calon wisatawan akan memiliki inisiatif besar untuk berwisata di Indonesia.
Kondisi wabah pandemi Covid-19 sejatinya membuat wisatawan mancanegara tidak bisa liburan melancong ke Indonesia.Konsekuensinya, para wisatawan nasional menjadi tulang punggung pariwisata Indonesia selama masa wabah pandemi Covid-19. Keberadaan wisatawan nasional atau wisatawan domestik ini setidaknya sempat menjadi tulang punggung baru bagi industri pariwisata Indonesia.
Karena itulah, hadirnya even Internasional seperti KTT G20 sesungguhnya membuka mata para wisatawan luar negeri untuk mengunjungi banyak macam daerah pariwisata lainnya di Indonesia. Termasuk pariwisata Sumatera Utara. Berangkat alasan inilah, setiap para pelaku usaha lokal sekiranya berharap seluruh komponen masyarakat bersama-sama menggairahkan kembali pariwisata di Sumut dengan mengenalkan tempat-tempat wisata baru di Sumatera Utara (Sumut).
Komitmen Rasional
Jelang awal tahun 2022, banyak para pelaku wisata di Sumut yang menyatakan diri bersiap bangkit pada 2022 setelah mengalami masa sulit akibat wabah pandemi Covid-19. Alasan itulah yang dijadikan sebagai komitmen rasional menata kembali pemulihan sektor pariwisata yang sempat mati suri selama masa pandemi.
Beberapa kebijakan produktif pun sebenarnya juga telah dirancang oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Provinsi Sumut dengan merilis beberapa peraturan untuk mendukung pengembangan obyek wisata di kota. Tujuan rasional dari pengelolaan ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah dan juga devisa nasional.
Banyak potensi kekayaan pariwisata di Sumut, karena Sumut merupakan daerah wisata yang memadukan keindahan alam dengan kekhasan situs sejarah budaya. Istana Maimoon merupakan contoh yang baik dari situs sejarah berkembang di daerah Medan.
Selama masa wabah pandemi, pemerintah setempat telah banyak mendigitalisasi informasi terkait kawasan bersejarah ini. Tak hanya Istana Maimoon, beberapa objek wisata yang ada di Sumut seperti Taman Simalem, Danau Toba, serta Agrowisata Kampoeng Lama Paloh Naga dan Bukit Holbung telah dilakukan program promosi secara digital melalui kanal berbagi yang banyak tayang di YouTube Channel.
Dengan banyaknya konten wisata secara digital, pemerintah lokal berharap promosi tersebut akan menarik wisatawan untuk mau berkunjung ke tempat-tempat tersebut. Hal ini jelas sangat diharapkan oleh pemerintah lokal supaya mampu memutar roda perekonomian daerah dari sektor pariwisata yang sempat terhenti akibat adanya pandemi Covid-19.
Optimisme Kerja
Sebelum pandemi Covid-19, sejujurnya kehidupan dunia pariwisatasecara nasional telah memegang peran penting dalam memajukan perekonomian diIndonesia. Bersandarkan pada data Kementerian Pariwisata Indonesia, sektor dunia pariwisata Indonesia telah berkontribusi rata–rata sebanyak 5% bagi peningkatan produk domestik bruto (PDB). Tak hanya sampai di situ, pariwisata berkontribusi banyak bagi peningkatan sumberpenerimaan devisa negara yang nilainya sangat besar hampir mencapai Rp 229 triliun per tahun
Atas dasar itulah pembangunan infrastruktur pariwisata dalam meningkatkan kunjungan jumlah turis jelas menjadi daya dukung potensial bagi serapan ekonomi lokal. Pemulihan industri pariwisatanasional memerlukan kebijakan yang komprehensif dan terarah. Kondisi pandemi Covid-19 idealnya dipandang sebagai sebuah tantangan global dan industri pariwisata harus mampu melakukan adaptasi dengan keadaan atau krisis ini dalam upaya menyelamatkan industri pariwisata nasional,
BACA JUGA: G20 dan Harapan Rasional Ekonomi Nasional
Dalam mengoptimalisasikan sektor pariwisata, pemerintah sudah menggelontorkan dana stimulus hampir Rp 3,3 triliun pada 2020 guna pemulihan pariwisata nasional melalui Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan dilanjutkan pada 2021sebesar Rp 2 triliun untuk Gerakan Bangga Berwisata di Indonesia. Termasuk juga dana stimulus sebesar Rp. 400 miliar untuk program terkait pemberdayaan UMKM dan sektor pariwisata lokal.
Semua bukti inimenunjukkan betapa besarnya kesungguhan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam memulihkan sektor pariwisata yang mengalami kelumpuhan akibat pandemi. Hal ini jelas menunjukkan jika Pemerintah Indonesia sangat mengharapkan terjadi percepatan pemulihan dunia pariwisata nasional.
Apa yang dipikirkan oleh Pemerintah Indonesia memang bukan hal yang remeh. Apalagi jika hal itu benar-benar ditunjang dengan seperangkat kebijakan pariwisata yang matang, maka hasilnya pun akan dapat dirasakan.
Dalam studi ilmiah yang dilakukan oleh Gunn Clare A dan Var Turgut (2002), lewat tulisannya Tourismplanning Basics, Concepts, Cases, disebutkan kebijakan pariwisata nasional merupakan alat promosi penentu bagi banyak tidaknya kunjungan wisatawan. Kebijakan yang dibuat semua usaha peningkatan citra destinasi wisata. Untuk itu kerja sama dan kolaborasi antar lembaga pemerintah dan swasta haruslah dapat terjalin secara kuat. Kebijakan pengembangan pariwisata perlu dilaksanakan sektor swasta serta sektor publik. Untuk itu sinergi pemerintah, pengusaha dan masyarakat sangat diperlukan dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata.
Salah satu pengembangan potensial pariwisata di tengah wabah pandemi Covid-19 ini adalah dengan melalui program digitalisasi pariwisata seperti yang telah diluncurkan Menparekraf pada awal 2021 melalui platform digital pariwisata (e-tourism). Secara umum platform digital ini telah dimiliki banyak daerah maupun objek wisata, tapi perlu diintegrasikan menjadi sistem e-tourism secara nasional. Melalui layanan ini diharapkan mampu mendorong animo masyarakat lokal untuk juga tertarik berwisata dalam negerinya sendiri.
Potensi wisatawan domestik dan internasional diharapkan menjadi segmentasi pangsa pasar baru untuk mendukung serapan ekonomi lokal termasuk mewujudkan adanya ekosistem pariwisata yang berkelanjutan (sustainable) sehingga kawasan wisata ini memberi dampak kesejahteraan pada masyarakat luas (well being of society). Secara normatif, arah pemulihan industri pariwisata dalam realitas hari ini dapat dikatakan sangat berat. Namun, rasa optimisakan kembali bergeliatnya sektor industri ini harus tetap dijaga.
Karena itu, penyelesaian penanganan wabah pandemi Covid-19 tentu menjadi kunci utama pemulihan ekonomi termasuk pariwisata. Segala upaya pemerintah baik pusat dan daerah untuk segera mengakhiri pandemi harus sepenuhnyadidukung dengan tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan dan berpartisipasi penuh dalam percepatan vaksinasi supaya memberi rasa nyaman dan kepercayaan bagi konsumen, pelaku usaha dan bagi mitra ketiga atau dalam hal ini para investor untuk jaminan dalam kenyamananberinvestasi di daerah.
Selama masa pandemi Covid-19, setiap warga masyarakat sangat concern terhadap aspek kesehatan dan keselamatan dari layanan dan produk yang ditawarkan industri ini. Efektivitas dari layanan CHSE (cleanliness, health, safety & environment sustainability). Konsekuensi inilah yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih akomodasi maupun destinasi yang akan mereka kunjungi dan itu akan mereka tetapkan sebagai kriteria pokok dalam layanan standard operational procedure (SOP).
Semoga saja, dengan daya dukung dan peran serta banyak masyarakat untuk ikut terlibat akan membuat banyak sektor pariwisata lokal dapat maju dan bangkit dari keterpurukan yang sangat dalam akibat pandemi Covid-19.
====
Penulis Eksekutif Peneliti Jaringan Studi Indonesia.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]