Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
KONDISI karet Sumatra Utara sedang tidak stabil. Ekspor komoditi andalan asal Sumatera Utara (Sumut) ini mengalami pelemahan di awal tahun 2022 ini. Tercatat ekspor karet untuk pengapalan Januari 2022 turun 17,7 persen menjadi 32.608 ton dibandingkan hasil pada bulan sebelumnya.
Data Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut mencatat kinerja ekspor melemah karena volume penurunan tajam, sedangkan harga mulai membaik. Penurunan volume ekspor ini disebabkan melemahnya permintaan dari pengguna akhir (end user). Selain itu penundaan pengapalan (delay shipment) yang masih terjadi ikut memperparah penurunan. (Gapkindo, 2022)
Pada Januari 2022, total ada 34 negara tujuan ekspor, lima besar negara tujuan ekspor karet Sumut adalah Jepang (27,03 persen), USA (12,78), Brazil (10,73 persen), China (7,68 persen), dan Turki (6,12 persen). Harga karet jenis TSR20 di bursa berjangka Singapura memperlihatkan adanya kenaikan di Februari ini, transaksi 11 Februari tercatat 180,6 cen US per kg. Peningkatan harga ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan di pasar. Memasuki Februari, kebun karet Sumut sebagian sudah memasuki musim kering yang mepengaruhi produksi kebun karet. Keadaan ini mempengaruhi kinerja ekspor, diperkirakan stagnan. Total Februari sampai April (penurunan produksi) dapat mencapai 30 persen.
Penurunan yang terjadi dengan ekspor karet Sumut jelas berbanding terbalik dengan hasil yang didapatkan tahun lalu. Nilai ekspor karet dan barang karet Sumut pada periode Januari – April atau kuartal 1 tahun 2021 naik 63, 83 persen dibandingkan periode sama tahun 2020. Begitu juga 2020, pada kuartal 1 tahun 2020 nilai ekspor karet sebesar 352.378 juta Dollar AS. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara, kenaikan nilai ekspor karet dan barang Sumut didorong karena peningkatan volume harga jual komoditas. (BPS RI Provinsi Sumut, 2020)
Perkembangan Komoditas
Sampai saat ini, pertanian masih menjadi primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas sebab migas adalah jenis sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui, cadangan migas Indonesia pun makin menipis. Pertanian harus dikembangkan untuk menopang ekspor Indonesia. Kinerja ekspor pertanian menunjukkan pertumbuhan yang baik khususnya hasil perkebunan.
Salah satu komoditas menjadi andalan ekspor adalah karet. Jika melihat luas karet di Indonesia sejak masa reformasi luas areal komoditas karet selalu meningkat selama periode 2010 sampai dengan 2014 yaitu rata-rata sebesar 1,15 % per tahun dengan luas lahan tertinggi periode 2014 yaitu 3.606.245 Ha dan luas areal karet terendah terjadi pada 2010 yaitu 3.445.415 Ha. Volume produksi karet meningkat pada periode sama rata-rata sebesar 3,74 % per tahun dengan volume produksi tertinggi yang dicapai yaitu pada periode 2013 sebesar 3.237.433 ton dan volume produksi terendah terjadi pada periode 2010 yaitu sebesar 2.734.854 ton. (BPS RI, 2014)
Majunya karet sejalan dengan kecenderungan produktivitas karet di Indonesia yang terus meningkat rata-rata 2,59 % per tahun dengan produktivitas tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,91 ton/ha dan produktivitas terendah pada tahun 2010 sebesar 0,79 ton/ha. Keberhasilan meningkatkan ekspor mencerminkan peningkatan daya saing dan sekaligus merupakan jalan satu indikasi dari tumbuhnya dinamika. Estimasi karet hasil produksi Sumut selama 2006-2015 menunjukkan mengalami beberapa kali pergeseran.
Pada 2007, 2008, 2010, 2011dan 2014 posisi daya saing karet Sumut berada terletak pada kuadran Lost Opportunity dan berada pada posisi Falling Star pada periode 2009 dan 2013. Pada periode ini permintaan dunia untuk komoditas karet hasil produksi Sumut secara keseluruhan menurun sebesar -0,032 % setiap tahun, diikuti oleh penurunan pangsa pasar ekspor total Sumut yang meningkat rata-rata sebesar -0,003% per tahun. (BPS RI Provinsi Sumut, 2015).
BACA JUGA: Memacu Kestabilan Pertumbuhan Ekonomi Sumut 2022
Hal ini juga menandakan jika karet merupakan produk yang memiliki daya saing atau kompetitif lemah nasional. Karet hasil produksi Sumut di tingkat nasional memiliki pangsa pasar dengan nilai terbesar berada 2006 dengan persentasi 30,52 % perdagangan nasional, diikuti ekspor Sumut sebesar 0,005 % pada sistem perdagangan nasional.Sedangkan, pangsa pasar karet nilai terkecil berada pada 2015 dengan persentasi 22,70 % dalam perdagangan karet nasional, diikuti pangsa pasar ekspor Sumut sebesar 0,006 % dalam perdagangan nasional. (BPS RI Provinsi Sumut, 2015). Membaca data ini jelas ekspor karet Provinsi Sumut mempunyai pangsa pasar internasional yang rasional.
Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar di dunia disamping Thailand dan Malaysia. Volume ekspor komoditi karet sendiri termasuk yang terbesar saat ini. Pada 2012 ekspor karet Indonesia sebesar 2.444.438.440 kg naik menjadi 2.701.994.801 kg pada 2013. 2013 sektor karet menyumbang 4,61% dari total ekspor non-migas Indonesia senilai US$ 149,92 miliar. Negara tujuan ekspor karet Indonesia adalah Amerika Serikat, Cina, Jepang, Malaysia, Australia, Hongkong, Jerman, dan sebagainya. Amerika Serikat merupakan negara pengimpor karet Indonesia terbesar. Bahkan sampai 2022 ini, Cina dan Jepang merupakan pengimpor terbesar bagi pasokan karet Indonesia.Posisi ini jelas menempatkan Indonesia memiliki pangsa pasar 30 % dari produksi karet alam dunia.
Nostalgia Sejarah
Tanaman karet saat ini telah menjadi komoditas pertanian potensial Indonesia, baik sumber pendapatan petani, penyedia lapangan kerja dan devisa negara. Luas perkebunan karet Sumut 461.148 ha dengan status lahan meliputi Perkebunan Rakyat 292.961 ha, Perkebunan Swasta sebesar 103.305 ha dan Perkebunan Negara 64.882 ha. (Statistik Perekebunan Indonesia, 2013). Pentingnya karet nasional jelas menuntut penanganan yang tepat dalam pengembangan daya saing ekspor komoditas sehingga dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian negara .
Dalam perspektif sejarah, wilayah Sumatera Timur pernah menjadi basis kekuatan karet Hindia Belanda. Perkebunan karet pertama dibangun di Indonesia adalah di Sumatera Timur pada 1902 Pada periode ini karet berkembang pesat hingga menjadi komoditi yang diminati baik pihak perkebunan besar maupun petani. Pada 1921 terjadi peningkatan dari jumlah ekspor karet. Kenaikan yang signifikan ini terjadi pada 1923 saat produksi semakin melonjak tinggi melampaui komoditas lainnya. Namun, harga tanaman karet membuat masyarakat saat itu tergiur menanamnya, sehingga pertumbuhan dan persebaran tanaman ini begitu cepat dan bertambah jumlahnya.
Dalam catatan De Bevolkingsrubbercultuur In Nederlandsch-Indie V. Tapanoeli en Sumatra’s Westkust, pada 1924 dari 4.136.750 Kg., jumlah ekspor karet wilayah Tapanuli, 1.964.465 kg., diantara karet milik masyarakat dengan nilai penjualan pada tahun tersebut sebanyak 375.375.000 gulden. total 1.963.465 kg. Sebuah nilai yang sangat besar.
Melihat perkembangan sejarah maka wajar jika hari ini, masalah penurunan ekspor Sumut menjadi hal substansial untuk diperbaiki secara maksimal. peningkatan daya saing ekonomi global jelas menuntut perhatian lebih terhadap perkembangan produk domestik karet termasuk soal efisiensi dalam pengiriman. Hal seperti ini menjadi penting dicermati karena selama masa wabah pandemi Covid-19 banyak pembatasan sosial yang membuat kelancaran distribusi pengiriman ke luar negeri menjadi terganggu. Semoga koordinasi yang baik dari petani lokal, agen sampai distributor besar akan memulihkan kembali produktivitas ekspor karet Sumut ke luar negeri.
====
Penulis Riset Analis Jaringan Studi Indonesia
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]