Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BANYAK kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari jika beragama itu berat, banyak aturan, penuh tuntutan. Seorang Muslim akan dihadapkan pada suatu kondisi yang menurut penganutnya yang merasa Islam itu berat harus menjalankan perintah shalat, 5 kali pula dalam sehari, kesulitan itu dirasa semakin berat ketika harus bangun subuh, meninggalkan pekerjaan atau rapat atau berdagang yang lagi ramai-ramainya pembeli di waktu dzuhur dan ashar atau tak sempat karena macet di waktu maghrib pulang kerja dan kongkow-kongkow makan malam di waktu isya.
Belum lagi di saat terik panas di bulan suci Ramadan ini seorang Muslim harus menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, sedangkan sehari tidak makan saja rasanya lapar sekali.
Kemudian ada lagi tuntutan untuk membayar zakat dan haji bagi mereka yang “merasa” ajaran Islam itu berat pastilah akan hitung-hitungan, duit susah-susah didapat, dikumpulin, ditabung berbulan-bulan, bertahun-tahun kok dihabiskan begitu saja untuk zakat apalagi pergi haji ke Mekah yang mungkin akan lebih nikmat dan berkesan jika traveling dan staycation di Bali, Korea atau Paris.
Sangat instagrammable, penuh cerita dan bisa dipamerin di medsos. Kira-kira begitulah bagi sebagian penganut ajaran Islam yang terbebani dengan beratnya ajarannya. Namun benarkah demikian?
Islam itu Mudah dan Toleran
Seseorang yang menganut sebuah agama pastilah ia meyakini dan mempercayai adanya Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama diartikan sebagai “ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya” (KBBI versi online/2017).
Dengan mempercayai Islam otomatis segala sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan, ajaran, sistem dan peribadatan kepada Allah swt harus sesuai dengan kaidah Islam.
Dalam Islam ada rukun Islam yang menjadi syarat sahnya seseorang menjadi seorang Muslim. Menurut hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim bahwa Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa di bulan Ramadan. Lalu beratkah menjalankan rukun Islam tersebut?
BACA JUGA: Berburu Booster untuk Mudik Lebaran
Sungguh Islam itu mudah dan memudahkan, tidak sulit dan tidak menyulitkan. Seringkali umat Islam-nya saja yang sering menambah-nambah atau mengubah ajaran Islam itu sendiri, sehingga menjadi terasa sulit dan menyulitkan.
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Artinya seluruh ajarannya itu telah sesuai dengan kemampuan umat manusia untuk menjalankannya. Seluruh ajaran Islam itu sudah terbukti dapat dilaksanakan oleh manusia, sebagaimana telah diamalkan dengan baik oleh Rasulullah Muhammad saw, para sahabat, tabi’in, salafus saleh dan orang-orang saleh hingga saat ini. Namun hawa nafsu dan kuatnya godaan setan lah yang membuat manusia atau umat Islam mengabaikan ajaran Islam.
Ketidakmengertian juga bisa menjadi sumber atau faktor tidak diamalkannya ajaran Islam. Menurut Ustaz Muhammad Syamsudin dalam artikelnya di situs Nahdlatul Ulama, "akar" persoalan dari anggapan bahwa berapa itu tidak mudah adalah mungkin hal itu berkaitan dengan peka atau tidaknya hati seorang mukmin dalam memenuhi panggilan ibadah.
Nabi Muhammad saw bersabda, "Engkau akan menemukan orang mukmin yang dadanya dilapangkan Allah untuk menampung (nilai-nilai) Islam. Ia salat dengan nyaman, tenang, lapang dada, dan penuh kecintaan kepada shalat. Demikian pula dalam berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji, dan amal kebajikan lainnya. Dan semua itu dilakukannya dengan mudah, bahkan sangat mudah".
Islam hadir bukan untuk membuat kesulitan manusia, tidak untuk membuat susah, justru ia mempermudah hidup dan kehidupan manusia. Ia menuntun ke arah kemudahan dan kebaikan hidup.
Para dai atau ulama hendaknya menunjukkan kemudahan itu, bukan malah menjadikan ajaran Islam itu terasa sulit diamalkan. Proses, tahapan, dan prioritas amal dalam Islam harus disosialisasikan (didakwahkan) kepada umat dengan baik dan dengan cara dan contoh yang baik pula.
Seperti dalam halnya salat, itu sangat dimudahkan, jika tidak sanggup berdiri, lakukan dengan duduk, jika tidak kuat duduk, dengan berbaring. Begitu pula dalam bacaannya, jika dilakukan secara berjamaah, untuk salat yang tidak dizaharkan, tidak bersuara, seperti salat dzuhur dan ashar, makmum dibolehkan berbeda bacaan suratnya setelah Al Fatihah.
Sangat Toleran
Toleran di sini bukan ke ajaran agama lain, namun di dalam Islam itu sendiri pun dibolehkan untuk berbeda, namun tetap dalam koridor yang ditentukan. Komando tetap di bawah Imam, namun bacaan suratnya boleh berbeda. Ketika ada jamaah yang sudah uzur atau sakit ikut salat berjamaah, ya silahkan saja dengan duduk untuk melaksanakan salatnya. Yang tidak boleh dan salah itu justru yang tidak menjalankan salat.
Demikian pula di bulan suci Ramadan ini, sebelum masuk bulan puasa kelakuan beberapa kaum muslimin seperti iklan sirup, muncul, merindukan Ramadan, namun begitu masuk bulan puasa, ketika kita berjalan-jalan di mal, restoran-restoran, kedai-kedai kok banyak sekali umat muslim yang tidak puasa, bahkan mereka kebanyakan dari kaum adam. Ketika ditanya kamu tidak puasa? Lemas, gak sanggup, sakit maag. Kamu merokok? Gak, padahal mulutnya bau rokok, masih bohong juga. Padahal puasa itu untuk orang beriman yang paham maknanya, dari nilai ibadah itu sangat tinggi, hanya setahun sekali, 11 bulan lainnya anda bebas, makan dan minum di siang hari, dari sisi kesehatan itu sangat baik untuk pencernaan, kulit, imunitas dan sebagainya. Kita diajarkan untuk tidak rakus yang membedakan kita dari makhluk ciptaan Tuhan lainnya yaitu binatang. Namun seringkali hawa nafsu kita lah yang mengalahkan puasa itu tadi.
Untuk zakat dan haji, jelas ini diwajibkan untuk mereka yang mampu. Zakat ada hitung-hitungannya hingga muncul kewajiban untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin. Islam mengajarkan kita untuk bermental kaya, tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah alias meminta-minta. Bahwasanya ada hak kaum tidak mampu di harta-harta orang mampu dan itu untuk mensucikan hartanya, jelas ini bagi muslim yang yakin dan percaya dan taat menjalankan perintah Allah swt.
Gampang dan Tidak Menggampangkan
Imam Ibn Qayyim menyatakan bahwa hakikat ajaran Islam semuanya mengandung rahmat dan hikmah. Kalau ada yang keluar dari makna rahmat menjadi kekerasan atau keluar dari makna hikmah menjadi kesia-siaan, berarti itu bukan termasuk ajaran Islam. Kalaupun dimasukkan oleh sebagian orang, maka itu adalah kesalahkaprahan.
Dalam prinsip Islam, semua perintah, tanggungjawab, dan beban adalah dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan manusia. Allah Swt tidak akan membebani hamba-Nya melainkan disesuaikan dengan kemampuan manusia.
Quran Surat Al Baqarah ayat 286 menyatakan bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Jadi apa lagi yang menjadi beban, hal yang memberatkan dalam menjalankan ajaran Islam.
Namun kalau memang dasarnya pembangkang, anti aturan, mau aturan agama, atau aturan sekolah, lalu lintas, bahkan permainan game sekalipun pasti ditentang, ada saja salahnya. Jadi bukan aturannya, ajarannya yang salah tapi manusianya yang tidak mau diatur.
Untuk berkendara kita harus melengkapi dengan SIM, STNK, dan kelengkapan berkendara seperti helm dan menaati aturan berlalu lintas.
Semua aturan dibuat untuk keselamatan dan keteraturan berkendara. Melanggar lampu merah berisiko tabrakan, tidak pakai helm berisiko kematian. Di kampus pun demikian, anda tidak memenuhi SKS tertentu anda tidak bisa mengambil mata kuliah berikutnya, Anda tidak memenuhi syarat skripsi, tesis, Anda tidak lulus.
Main game pun demikian ada tahapannya, tidak bisa langsung level 3, tanpa melalui level 1 dan 2, kalau Anda curang anda pasti kena sanksi dan bahkan tidak boleh main lagi.
Kebalikan anti ajaran adalah menggampangkan. Ini sama saja dengan yang tidak menjalankan perintah agama, ujung-ujungnya tidak menjalankan juga. Karena shalat ada waktunya, banyak umat Islam yang melaksanakannya di akhir waktu bahkan tidak shalat karena anggapan bisa diganti di lain waktu.
Atas nama musafir banyak yang tidak shalat padahal kemudahan diberikan Islam dengan shalat jama’ dan qashar. Demikian pula puasa. Banyak yang beranggapan nanti saja, gampang itu, masih muda ini, kan tahun depan juga masih ada Ramadan.
Mereka lupa kalau umur tidak ada yang tau, masih hidup atau sudah berpulang. Sama saja dengan berkendara ugal-ugalan, tiba-tiba tabrakan, besok sudah tidak bisa lagi berkendara. Jadi memang aturan itu dibuat tentu sudah memperhitungkan kejadian yang sudah terjadi atau akan terjadi.
Aturan-aturan duniawi kelihatannya semakin rumit dibuat, gak boleh ini gak boleh itu, karena pelanggaran dan kejahatan pun semakin canggih, baik cara dan motifnya. Sehingga aturan dibuat agar kehidupan di dunia berjalan baik dan damai. Apalagi Islam yang diwahyukan Allah swt ajarannya universal dan berlaku hingga akhir zaman yang akibatnya tidak hanya di dunia namun akan dirasakan di akhirat kelak. Wallahu ‘alam.
====
Penulis Alumni S2 Marketing UI.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]