Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
KPU telah menetapkan jadwal pemilihan kepala daerah (PIlkada) serentak atau pemilihan gubernur dan wakil gubernur, wali kota dan wakil wali kota, bupati dan wakil bupati jatuh pada 27 November 2024. Di Sumut telah pula muncul nama-nama yang diperhitungkan dalam persaingan menuju Sumut 1 (gubernur). Selain petahana Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah, nama Bobby Nasution, yang kini menjadi Wali Kota Medan kian diperhitungkan.
Sebelum memenangkan Pilkada Medan melawan petahana Ir Akhyar Nasution, Bobby dikenal sebagai menantu Presiden Joko Widodo dan juga Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI). Menjadi orang nomor satu di Pemko Medan, Bobby pun menetapkan dan menjalankan program-program prioritas dengan progesif, yakni bidang kesehatan yang mencakup penanganan Covid-19, pembangunan infrastruktur, penanganan banjir, pembenahan kawasan heritage, dan penanganan kebersihan.
Menariknya, sebagai Wali Kota Medan, Bobby mampu menciptakan perhelatan yang berpotensi mendongkrak popularitas dan elektabilitas dirinya, bukan saja di kota yang dipimpinnya, namun juga kota/kabupaten lain di Sumatera Utara.
Teranyar, program Mudik Bareng Pemko Medan. Program ini menyediakan transportasi gratis bagi buruh, pekerja, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum untuk merayakan Idulfitri dan bersilaturahmi dengan sanak keluarga di kampung halaman.
Memang, saat melepas keberangkatan pemudik, Bobby secara tegas menyampaikan bahwa tidak ada maksud lain dari program ini, kecuali untuk memperkuat silaturahmi dengan pemudik. Namun sulit dibantah, langkah cerdik ini cukup efektif menuai simpati masyarakat Sumatera Utara, terutama sanak keluarga pemudik. Setidaknya nama Bobby masuk dalam ruang percakapan-percakapan para pemudik di kampung halamannya. Secara tidak langsung, program ini juga membangun popularitas sekaligus elektabilitas dirinya.
Gelagat lain tampak pada postingan akun medsos (Facebook dan Instagram) Bobby pada 17 April lalu. Melalui narasi dan foto, postingan itu menginformasikan Bobby berkunjung ke Binjai bersama beberapa kepala daerah di Sumatera Utara. Timbul kesan, Bobby telah berhasil menjalin kedekatan dan kolaborasi dengan kepala-kepala daerah lain di Sumatera Utara.
BACA JUGA: Partai Mahasiswa Indonesia: Perjuangan atau Pengkhianatan?
Di akhir narasi postingan itu, Bobby juga melemparkan tanya, “Ada yang bisa nebak saya bareng kepala daerah mana saja?” Sebuah pertanyaan berlapis, yang salah satu lapisannya dapat ditafsirkan mengukur pengenalan pengikutnya pada kepala-kepala daerah di Sumut yang telah menjalin kedekatan dengannya.
Sebelumnya, pada pertengahan Desember tahun lalu, Pemko Medan juga menggelar pertandingan sepak bola persahabatan yang diadakan di Stadion Teladan. Perhelatan ini diikuti oleh Pemko Pematangsiantar, Pemkab Tapanuli Tengah, Pemkab Deliserdang, Pemko Binjai, Pemkab Serdangbedagai dan Pemko Medan sebagai tuan rumah. Pada pertandingan persahabatan ini, ada pula pertandingan eksibisi antar dua kesebelasan yang mempertemukan kepala-kepala daerah. Pertandingan yang berlangsung dua kali lima belas menit itu berakhir seri dengan skor 1:1.
Pemilihan olah raga sepak bola ini bukan tanpa alasan. Sepak bola merupakan olah raga merakyat. Mayoritas masyarakat Indonesia sangat gemar akan olah raga ini. Artinya ada upaya menarik perhatian agar masyarakat dapat melihat bahkan menghayati pesan dan kesan yang hendak disampaikan melalui pertandingan itu.
Teori politik kontemporer telah membuktikan bahwa politisi-politisi akan pergi kemana pun pemilih pergi. Ia akan menyukai apa yang disukai oleh pemilih. Dalam beberapa hal, sepak bola juga memiliki beberapa kesamaan dengan politik. Untuk memenangkan pertandingan, kesatuan tim harus memiliki strategi dan taktik. Seperti sepak bola, politik juga membutuhkan perencanaan yang baik dan matang. Perencanaan yang baik dan matang akan menghantarkan tim pada kemenangan.
Pertandingan persabahatan para kepala daerah ini juga menampilkan teater yang mempresentasikan kekuatan politis sekaligus birokratis. Tak hanya kesan kedekatan, pertandingan ini juga menampilkan simpul-simpul kekuatan politik. Para pemain yang merupakan kepala daerah terpilih itu, tentu saja memiliki basis pendukung di wilayah masing-masing.
Pertandingan persahabatan ini dapat pula dianggap sebagai konsolidasi kekuatan. Simbolisasi koalisasi pun tercipta. Tidak hanya itu, konstelasi politik di Sumut pun membayang dalam peristiwa olah raga ini.
Tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan dalam politik. Itu kata Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin D. Roosevalt. Artinya, dalam setiap aksi politik semua hal dirancang dengan matang. Setiap variabel diperkirakan. Kalau toh kemudian terjadi kebetulan, maka bisa jadi itu adalah “kebetulan” yang direncanakan.
====
Penulis Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan llmu Politik Universitas Sumatra Utara.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]