Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MASIH dalam susana Hari Lebaran, saya ucapkan Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Minna Wa Minkum Taqabbal Yaa Karim, Mohon Maaf Lahir Batin, wabil khusus kepada pemerintahku, Pemerintah Republik Indonesia yang saya cintai. Seperti biasanya di media, baik cetak maupun elektronik, pejabat maupun aparat pemerintah yang biasanya mengucapkan selamat Lebaran kepada khalayak masyarakat, kali ini saya sebagai masyarakatlah yang mengucapkannya kepada pejabat maupun pemerintah.
Sudah selayaknya saya berterima kasih atas kinerja pemerintah selama ini. Sebagaimana ungkapan terkenal dari Lord Palmeston dari Inggris pada abad XIX, "Right or wrong my country" yang artinya benar atau salah adalah negara saya. Negara harus selalu dibela.
Ungkapan senada dikemukakan Bung Karno, jangan tanya apa yang telah diberikan negara kepadamu tapi tanyalah apa yang telah kau berikan kepada negaramu. Saya belumlah memberikan sumbangsih apa-apa bagi negara ini, namun saya bersyukur terlahir di bumi pertiwi ini. Dan ungkapan syukur dengan berterima kasih kepada pemerintah ini merupakan bentuk puji syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagaimana Hadits Riwayat Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954 yang menyebutkan, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Laa Yasykurullaha Man Laa Yaskurunnas", yang artinya “Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Pemerintah Antisipatif, Responsif dan Solutif
Lebaran kali ini sungguh amat berbeda bagi kaum Muslim Indonesia dan mungkin sebagian non-Muslim lainnya. Setelah dua tahun dilanda pandemi covid-19 yang membuat kita tidak bisa berkumpul, mudik dan berlebaran bersama keluarga. Alhamdulillah seiring melandainya kasus covid menjelang puasa dan lebaran tahun ini, pemerintah pun meresponnya dengan mengeluarkan aturan cuti bersama dan membolehkan mudik.
Pemerintah juga manusia, pegawainya juga butuh mudik, Lebaran dan liburan. Namun kebijakan ini diiringi dengan syarat dan ketentuan tetap menjaga prokes. Pemerintah pun memberikan izin untuk melaksanakan salat id di lapangan ataupun masjid.
BACA JUGA: Mudahnya Menjalankan Islam
Dengan panjangnya waktu liburan yang diberikan pemerintah, masyarakat sangat menikmati dan memanfaatkan waktu yang diberikan. Kemacetan terjadi di mana-mana. Perjalanan mudik, ke daerah wisata, parkir-parkir di pusat perbelanjaan dan daerah wisata dan rekreasi penuh sesak.
Berbagai rekor seputar Lebaran tahun ini pun pecah. PT Jasa Marga mencatat 1,7 juta kendaraan keluar dari Jabodetabek sejak H-10 sampai H-1 Hari Raya Idulfitri 1443 Hijriah. Ada sekitar 150 ribu penumpang yang bepergian lewat Bandara Soekarno-Hatta dalam sehari dan ada 170 ribu kendaraan arus balik dalam sehari.
Untuk mendukung kelancaran arus mudik melalui jalan darat, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan dan kepolisian melalukan berbagai upaya rekayasa lalu lintas, seperti kebijakan satu arah (one way), ganjil genap dan sebagainya. Fasilitas pendukung bagi pemudik melalui jalan tol juga dipersiapkan seperti layanan kesehatan, tempat istirahat, masjid-masjid di lokasi rest area.
Demikian pula untuk mengantisipasi membludaknya penumpang angkutan penyeberangan baik di Pelabuhan Bakauheni dan Merak, pemerintah membuka jalur alternatif melalui Pelabuhan Panjang di Lampung.
Pergerakan orang dalam mudik Lebaran tahun ini tentu akan memberi dampak besar pada perekonomian Indonesia. Jika diperkirakan sekitar 80 juta pemudik bergerak ke daerah dan diasumsikan rata-rata per orang membelanjakan Rp 2 juta, maka akan terjadi perputaran uang sebesar Rp 160 triliun secara agregat. Ini artinya perputaran uang yang terjadi selama Lebaran tahun 2022 setara dengan 1% PDB tahun 2021 yang sebesar RP 16.970,8 triliun. Beragam hitung-hitungan pengamat di luar sana yang memperkirakan besaran uang beredar selama masa libur Lebaran. Bahkan ada yang memperkirakannya mencapai di atas Rp 200 triliun.
Semua kondisi di atas tak lepas dari upaya dan kebijakan yang diambil pemerintah dalam mengantisipasi mudik dan libur Lebaran. Tunjangan Hari Raya (THR) bagi PNS dan pekerja swasta yang wajib dibayar juga mendorong perputaran ekonomi setelah pandemi.
Belum lagi, sokongan pemerintah melalui bansos dan bantuan langsung tunai (BLT), hingga bantuan subsidi gaji kepada pekerja terdampak covid. Perputaran uang saat libur Lebaran ini akan dirasakan oleh berbagai sektor usaha, mulai dari transportasi, makanan dan minuman, akomodasi hingga pariwisata.
BPS baru saja merilis Ekonomi Indonesia pada Triwulan I tahun 2022 ini tumbuh 5,01%, kemudian inflasi April 2022 sebesar 0,95% jumlah pengangguran turun 0,35 juta orang dari 8,75 juta orang Februari 2021 menjadi 8,40 juta orang Februari 2022, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara naik 121,02% pada bulan Maret 2022.
Indikator-indikator ini menunjukkan tren pemulihan ekonomi Indonesia yang terus berlanjut dan semakin menguat. Hal ini tak lepas dari keberhasilan penanganan pandemi covid-19 yang menjadi pengungkit aktivitas ekonomi dan penguatan daya beli masyarakat.
Kesadaran masyarakat akan prokes juga meningkat dalam menjalankan tatanan normal baru, yaitu tetap memakai masker kemana pun dan dimana pun masyarakat berada dan tingginya minat mengikuti kegiatan vaksinasi hingga dosis ketiga atau booster.
Program vaksinasi covid-19 nasional per tanggal 9 Mei 2022 untuk dosis 1 telah mencapai 95,71%, dosis 2 mencapai 79,54% dan dosis 3 mencapai 19,70%. Segala keberhasilan ini tak lepas dari upaya pemerintah mensosialisasikan pentingnya vaksin dan tingginya minat masyarakat dalam upaya mencegah penyebaran covid-19 dan terbukti imun masyarakat Indonesia meningkat dan kasus terkonfirmasi menurun sehingga mudik dan libur lebaran bisa berjalan dengan lancar.
Tentu tidak semua kebijakan yang diambil pemerintah tepat dan berjalan baik, memenuhi kepuasan dan mensejahterakan masyarakat. Kita juga tidak naif, tetapi keadaan di lapangan dan indikator-indikator positif yang menunjukkan ke arah kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin baik juga harus kita apresiasi.
Pembangunan demi pembangunan sudah merata hampir di seluruh pelosok Indonesia, tidak seperti periode-periode sebelumnya yang hanya terkonsentrasi di satu pulau, beberapa provinsi saja. Indonesia telah merdeka selama 76 tahun.
Jumlah penduduk Indonesia saat Sensus Penduduk 1961 hanya sekitar 97 juta jiwa dengan jumlah provinsi hanya 21 provinsi. Kini jumlah penduduk meningkat 3 kali lipat mencapai 270 juta jiwa dengan jumlah provinsi sebanyak 34 provinsi.
Tidak fair juga jika kita selalu membanding-bandingkan negara kita dengan negara lain tanpa melihat negatifnya di negara tersebut. Saat ini saja inflasi di Turki mencapai 70%, kita melihat Malaysia dan Singapura lebih maju dan kaya dari Indonesia, namun kita lupa bahwa luas wilayah negara tetangga itu seluas apa, jumlah penduduknya seberapa banyak.
Justru kadang negara yang kita puja puji itu, hanya seluas dan sepadat sebuah kota atau provinsi kecil di negara ini. Tentu tidak lah mudah mengelola negara yang luas dengan jumlah penduduk yang terus meningkat.
Negara bukan lah rumah tangga yang sederhana. Ia sangat kompleks, keberhasilan seorang pimpinan katakanlah gubernur, bupati di suatu wilayah yang kecil, tidak begitu kompleks, belum tentu berhasil di wilayah yang luas dan masyarakat yang majemuk.
Demikian pula Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah yang berhasil di sektor tertentu belum tentu berhasil di sektor lain. Banyak hal yang harus diperhatikan. Kondisi aman, tetapi pembangunan timpang. Pembangunan maju, namun ada letupan-letupan keamanan.
Pemerintah harus memikirkan kemajuan ekonominya, kesehatan masyarakatnya, pendidikan, keamanan, pertahanan, hubungan luar negeri dan sebagainya, sangat kompleks. Pemerintah pusat harus didukung oleh pemerintah daerah yang sama kuatnya.
Masyarakat juga diharapkan memberikan kontribusi dan sumbangsih untuk kemajuan negara. Kalau sekadar mengeluh, tidak puas atas kinerja pemerintahan, wajar. Namun jika berkhianat, ingin meruntuhkan negara yang sudah terbangun 76 tahun ini mungkin sebuah pemikiran yang salah.
Kita mengharapkan munculnya generasi-generasi baru yang tidak hanya cerdas, namun memiliki kecintaan tinggi kepada bangsa dan negara ini. Semoga pemerintah yang menjalankan bahtera yang besar ini tidak salah-salah lagi dalam mengambil kebijakan.
Sebagai penutup saya sampaikan kembali selamat Lebaran, mohon maaf lahir batin. Terima kasih pemerintah!
====
Penulis Statistisi Madya di BPS Provinsi Sumatra Utara, alumni S2 Marketing UI.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]