Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BICARA soal pemilu bukan hal baru di negeri ini. Bukan awal bukan juga akhir dari demokrasi, tetapi ini adalah jembatan penghubung demokrasi dalam menentukan pilihan hati nurani dari rakyat. Kita mempunyai pengalaman banyak tentang politik demokrasi kita. Hari ini manis besok pahit, kemarin kita lawan sekarang kita kawan. Yang jelas kita berkuasa, itulah dinamisnya politik.
Pemilu adalah produk demokrasi yang aspiratif dengan legitimasi hukum serta mekanisme yang kuat. Di mana masyarakat secara inklusif berhak untuk menentukan pilihan politiknya secara demokratis tanpa diintervensi oleh pihak manapun.
Pemilu yang di selenggarakan setiap satu kali dalam 5 tahun sebuah bentuk keberpihakan negara kepada rakyat. Dengan adanya pemilu, demokrasi menjadi sarana mutlak dalam menjamin kebebasan warga negara serta kedaulatan rakyat dalam memilih pemimpinnya.
Momentum tersebut suatu urgensi demokrasi politik yang cukup sistemik dan terstruktur, dengan tujuan untuk melaksanakan kedualatan serta kesejahteraan rakyat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Jika kita amati secara cermat, antara masyarakat dan pemilu adalah dua indikator yang sangat penting di dalam demokrasi Pancasila yang tidak bisa dipisahkan, melainkan berjalan secara bersamaan dalam satu siklus demokrasi. Karena di dalam demokrasi, masyarakat sebagai objektivitas pemilu untuk memberikan hak pilihnya.
Berangkat dari demokrasi politik kita hari ini yang semakin hari semakin dekat. Para petualang politik tengah bersiap menyusun strategis dan sikap politik yang akan di jalankan untuk mendongkrak elektabilitas dan popularitas sebagai peserta pemilu. Perilaku melirik kanan, melirik kiri, pasang mata dan telinga serta negosiasi antar figur politik merupakan kegiatan konsolidasi relevan dalam mendapatkan dukungan.
Untuk memenangkan pemilu, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah memiliki perolehan suara terbanyak dari pemilih berdasarkan prosedur pemilu yang di tetapkan. Suara penentu kemenangan tersebut terdiri dari beberapa lapisan masyarakat dengan generasi yang berbeda-beda.
Generasi Z
Jadi, salah satu kelompok pemilh Pemilu 2024 tersebut, yakni generasi Z atau i-generation. Generasi Z atau kerap disebut sebagai gen Z merupakan aset pemilu dengan populasi penduduk yang besar serta suara penentu kemenangan dengan komposisi suara tertinggi dalam Pemilu 2024.
Gen Z sendiri satu kelompok terpisah dari generasi milenial atau generasi Y, dimana generasi Z lahir dalam rentang tahun 1995-2010. Kelompok ini termasuk generasi yang sangat muda dan up to date terhadap informasi yang tersebar di media massa dan internet.
Selain itu, generasi ini mempunyai karakter menyukai teknologi digital, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran pada perbedaan. Tetapi di lain sisi mereka juga memliki kebiasaan kurang baik, seperti lebih senang dengan budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat.
Berdasarkan Survei Penduduk BPS 2020, jumlah gen Z yang ada saat ini mencapai 74,93 juta jiwa, disusul dengan milenial 69,38 juta jiwa. Dengan jumlah itu, gen Z diperkirakan menjadi kelompok pemilih terbesar yang akan mendominasi dalam Pemilu 2024.
BACA JUGA: Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi dan Merdeka Belajar
Dengan jumlah yang relatif besar tersebut para tokoh politik berupaya maksimal untuk membangun opini publik yang bersifat humanis dan persuasif di tengah-tengah generasi Z. Karena Gen Z di nilai sebagai kelompok yang mampu memberikan kontribusi besar bagi setiap kandidat.
Dari kacamata politik saat ini, partisipasi generasi Z sangat mencuri perhatian para calon kontestan politik. Karena intensifikasi terhadap akses informasi dari pemanfaatan teknologi digital (media sosial) membuka ruang untuk mengakses beragam isu secara luas dan cepat. Seperti halnya, isu-isu politik yang diorkestrasi oleh para tokoh politik melalui jejaring teknologi atau media sosial. Sehingga, peluang tersebut di kesankan jika generasi Z akan memiliki langkah progresif, sistematis sekaligus sebagai lahan basah dalam politik praktis.
Walaupun di sisi lain mereka mayoritas memiliki pendidikan dan akrab dengan teknologi, namun untuk menarik suara mereka terasa sulit untuk dilakukan. Sebab, generasi Z banyak yang mengadopsi sikap ambiguitas atau tidak peduli terhadap isu-isu politik negeri.
Kalau kita merujuk pada hasil survei ilmiah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa 60,6% generasi Z atau anak muda yang lahir pada tahun 1995-2005 mengakses berita terkait politik melalui media sosial. Jadi, asumsi bahwa partai atau tokoh politik dengan penguasaan konten media sosial yang baik berpotensi untuk menang.
Media digital seperti, facebook, instagram, twitter, youtube, tiktok dan media sosial lainnya adalah aplikasi yang memiliki hubungan erat dengan generasi Z (digital native). Bisa di lihat penggunaan teknologi oleh gen Z, yaitu, sekitar 8,5 jam setiap harinya. Dengan demikian informasi seperti pesan politik seperti kampanye online yang di lakukan oleh para tokoh politik sangat relevan di kelompok ini.
Kalau kita sedikit kembali kebelakang pada Pemilu 2019 yang lalu, saya masih ingat bagaimana kepiawaian tokoh-tokoh politik dalam membangun komunikasi digital politik melalui media sosial untuk menyerap suara dari generasi milenial saat itu. Karena salah satu penentu kemenangan pada pemilu saat itu adalah generasi milenial atau Gen Y dengan proporsi suara 34,2% dari total 152 juta pemilih. Sehingga dari pengalaman tersebut menjadikan gen Z sebagi titik fokus untuk mendapatkan suara tertinggi.
Pemilu adalah jantung demokrasi untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Oleh sebab itu, generasi Z memiliki peran penting dalam melaksanakan kedualatan tersebut dengan ikut berpartisipasi secara politik melalui pemilihan umum yang di selenggarakan pemerintah.
Salah satu bentuk berpartisipasi tersebut yakni, memilih figur pemimpin yang mampu membawa perubahan, merakyat, dan bebas dari korupsi. Dan yang tidak kalah penting bagi generasi Z melihat track record dan prestasi dari masing-masing kandidat.
Kendati politik 2024 memang masih lama, namun gerakan politik sudah mulai bermunculan di permukaan secara pelan-pelan. Faktanya, beberapa nama calon sudah mulai mencuat dalam bursa calon presiden 2024. Salah satu lembaga survei yakni, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia yang di rilis pada Selasa 26/4/2022. Dimana, ada tiga nama besar yang mengalami peningkatan elektabilitas dari Februari sampai April 2022 yakni, Ganjar Pranowo dari 22,4% ke 26,7%, Prabowo Subianto 21,6% ke 23,9%, Anies Baswedan 17,1% ke 19,4% dan beberapa nama lainnya.
Dari data tersebut menunjukkan, bahwa sikap politik generasi Z sudah seharusnya lebih intens dan tidak apatis dalam menilai politik. Sebagai suara penentu suatu keniscayaan bagi generasi Z untuk proaktif dalam mengevaluasi kondisi demokrasi politik yang akan menjadi sorotan publik. Agar pemilu yang di laksanakan benar-benar membawa perubahan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara signifikan.
Gen Z dengan kesadaran kolektif memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam menentukan pilihan politik yang tepat tanpa di pengaruhi oleh propaganda dan retorika politik demi kepentingan pribadi. Akses informasi politik yang luas menjadi sarana untuk mencerna pilihan yang baik untuk menjaga marwah demokrasi sehat. Memahami setiap opini dari jejaring media sosial dan membuka ruang diskusi digital yang harmonis. Karena mau tidak mau dan suka tidak suka generasi Z akan menjadi bagian dari demokrasi politik bangsa ini secara berturut-turut.
====
Penulis Alumni FISIP Universitas Darma Agung (UDA) Medan.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]