Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MASIH terekam dalam ingatan kisah heroik masa lalu tentang upaya para santri mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang saat itu baru saja memproklamirkan kemerdekaannya. Keganasan yang dilancarkan oleh tentara sekutu dan para penjajah upaya merebut kembali kemerdekaan, membuat kaum santri melakukan pelbagai cara untuk melawan. Dalam merumuskan strategi perlawanan, diadakanlah perundingan pada 21-22 Oktober 1945 yang menghasilkan keputusan untuk menyerukan resolusi jihad.
Dilansir dari laman kemenagpolman.id Resolusi Jihad yang dibacakan oleh KH Hasyim Asy'ari tersebut mempunyai esensi bahwa berjuang mempertahankan kemerdekaan merupakan kewajiban agama. Untuk itu dari masjid ke masjid dan dari musala ke resolusi jihad disuarakan. Hal tersebut disambut dengan sukacita oleh penduduk Surabaya. Sehingga dalam sekejap Surabaya mampu diguncang oleh kabar seruan jihad tersebut. Berkat semangat yang dituai dari resolusi jihad, mampu memperoleh kemenangan di pelbagai peperangan sepanjang bulan September sampai Oktober dalam melawan sisa-sisa tentara Jepang yang menolak tunduk kepada arek-arek.
Tidak hanya itu, pertempuran di Surabaya yang terjadi pada 10 November 1995 pun menjadi saksi betapa besarnya pengaruh santri dalam mempertahankan kemerdekaan. Pertempuran yang dilatar belakangi karena terbunuhnya Jenderal Mallaby pada 30 Oktober 1945 tersebut berlangsung hingga 100 hari.
Pekikan takbir yang digaungkan oleh seorang santri sekaligus oratur ulung bernama Bung Tomo, mampu membakar semangat juang rakyat terkhusus para santri untuk memenangkan pertempuran hebat tersebut. Hingga saat ini pertempuran itu menjadi saksi sejarah yang selalu diperingati setiap 10 November oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Kisah inspiratif para ulama dan santri terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan bukanlah "nostalgia" tanpa makna. Generasi santri yang ada saat ini hendaknya dapat menjadi pewaris dan pelanjut perjuangan dalam berkontribusi untuk menjaga NKRI. Tidak mesti dengan angkat senjata, semua bentuk kontribusi dapat dilakukan sesuai dengan potensi masing-masing. Ilmu agama yang mereka miliki, dapat menjadi modal utama agar dapat menjadi penggerak kebaikan dimanapun mereka bereda, sehingga pelbagai nilai kebaikan dapat tersebar di seluruh penjuru nusantara.
BACA JUGA: Metode Terbaik Mendidik Karakter Siswa
Di tengah kuatnya pengaruh globalisasi yang mendominasi pelbagai sendi kehidupan bangsa saat ini, menyebabkan krisis moral menjadi masalah utama yang mesti disikapi, dalam hal ini para santri hendaknya menjadi garda terdepan dalam menyikapi krisis tersebut. Untuk itu mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntunan yang ada, mempelajari dan mengubah arus tranformasi yang ada agar sesuai dengan khittahnya. Sehingga keberadaan mereka memang benar-benar dirasakan oleh semua orang tanpa memandang status apapun termasuk agama.
Untuk itu agar peran tersebut dapat maksimal diwujudkan maka ada beberapa hal yang mesti dipertahankan diantaranya pertama, semangat belajar yang tidak pernah padam. Semangat ini begitu penting, ditengah banyaknya tuntutan yang ada, menyebabkan pelbagai kemampuan mesti dimiliki oleh para santri, sehingga mereka dapat maksimal dalam menjalankan perannya.
Kedua, meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan pelbagai teknologi digital. Tidak bisa dipungkiri penguasaan teknologi digital begitu penting untuk dimiliki saat ini, sebab hampir semua kegiatan yang berlangsung saat ini tidak terlepas dari penggunaan teknologi digital sebagai medianya. Ketiga, memperkuat keteladanan di tengah tindak amoral yang hampir tidak pernah berhenti terjadi.
Dari dulu sampai nanti, peran santri tidak dapat terganti, terutama dalam merawat nilai-nilai yang terkandung dalam NKRI, meski banyak tantangan yang mesti dihadapi, mereka tetaplah pelita yang menjadi penerang di tengah kegelapan, menjadi penggerak di setiap apapun keadaan, dan menjadi agen perubahan untuk mewujudkan peradaban. Momentum Hari santri yang saat ini tengah kita peringati, semoga menjadi refleksi bagi seluruh santri untuk terus berjuang berkontribusi untuk negeri.
====
Penulis Guru SMP IT Al Kahfi, dan Pegiat Literasi di FLP Sumbar.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]