Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Investasi hulu migas di Indonesia pada 2016 menurun 27% dibanding 2015, dari US$ 15,34 miliar menjadi US$ 11,15 miliar. Dengan kata lain, Indonesia kehilangan investasi US$ 4,19 miliar atau Rp 55 triliun (dengan asumsi kurs dolar Rp 13.300) dari hulu migas pada tahun lalu.
Penurunan investasi ini berimplikasi pada kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru. Semakin sedikit perusahaan hulu migas yang mau mencari minyak dan gas bumi di Indonesia.
Di 2013, jumlah wilayah eksplorasi di Indonesia masih 238. Pada 2016 menyusut menjadi 199 wilayah saja, 37 di antaranya sedang dalam proses pengakhiran kontrak.Akibat sepinya eksplorasi, tak ada penemuan cadangan migas baru di Indonesia. Sementara jumlah cadangan minyak yang terbukti terus merosot dari 3,7 miliar barel pada 2013 menjadi 3,3 miliar barel saat ini.
Meski demikian, Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, menepis anggapan iklim investasi hulu migas Indonesia sudah tidak kondusif. Menurutnya, aturan pajak untuk skema gross split akan kembali menggairahkan investasi di hulu migas.
Aturan itu akan membuat skema gross split lebih menarik dan ekonomis karena ada pembebasan sejumlah pajak seperti PPN, Bea Masuk, PPh, PBB, dan sebagainya.
"Iklim investasi di Indonesia masih postif, cuma masih menunggu PMK (Peraturan Menteri Keuangan) berkaitan dengan perpajakan gross split. Investasi kita dorong harus dengan cara kreatif," kata Arcandra saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (26/7).
Arcandra menambahkan, saat ini Menteri ESDM, Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) untuk meyakinkan para investor bahwa iklim investasi hulu migas Indonesia masih bagus.
Jonan langsung 'jemput bola' ke Negeri Paman Sam untuk menjelaskan berbagai kebijakan yang dikeluarkannya.
"Kami inginnya investor masuk, ini salah satu cara menjemput bola, menerangkan ke investor sekarang itu iklim di Indonesia seperti apa. Mungkin ada pertanyaan terkait peraturan baru yang dikeluarkan, jangan sampai disalahartikan, untuk itu kita jemput bola," paparnya.
Sebagai informasi, Jonan bertemu Ryan Lance (CEO ConocoPhillips) di AS. Pertemuan dengan ConocoPhillips antara lain membicarakan kelanjutan pengelolaan Blok South Jambi B yang kontraknya akan habis pada tahun 2020. Jonan meminta ConocoPhillips segera mengajukan proposal pengelolaan Blok tersebut dengan opsi berpartner dengan Pertamina atau perusahaan lainnya. Sementara itu ConocoPhillips akan segera menyampaikan kepada Jonan setelah melakukan pembahasan internal termasuk membahas masalah keekonomian.
Jonan juga bertemu President & CEO Baker Hughes, Lorenzo Simonelli. Baker Hughes (GE Company) adalah perusahaan fullstream (memiliki solusi upstream, midstream dan downstream) pertama di dunia yang mengedepankan biaya produksi per-barel yang murah dengan teknologi canggih, hingga peningkatan efisiensi dan safety process untuk refinery maupun petrochemical plants.
Pada pertemuan tersebut Presiden GE menawarkan teknologi untuk kegiatan hulu migas antara lain pengurangan cost drilling, dengan memanfatkan teknologi digital melalui solusi Intelli Stream. Selain itu, beberapa teknologi lain dikenalkan untuk membantu Enhanced Oil Recovery (EOR) pada beberapa lapangan migas di Indonesia.
Di samping itu, GE juga menawarkan teknologi barge power plant dengan solusi komprehensif yang meliputi infrastruktur gas (milk-run konsep) untuk pulau-pulau dengan rasio elektrifikasi yang masih rendah seperti Papua. Pada kesempatan tersebut juga ditawarkan kepada GE untuk turut serta dalam pengembangan panas bumi di Indonesia.
Selanjutnya, pada hari Selasa kemarin, Jonan dijadwalkan bertemu Jeff Shellebarger (President, Chevron North America Exploration and Production) dan Mary Boroughs (President, Chevron Environmental Management Company) di Chevron Headquarter.
Pembahasan akan berfokus kepada pengembangan sumber daya migas unconventional oleh Chevron di Amerika Serikat, penerapan teknologi lanjutan EOR yang digunakan untuk meningkatkan produksi minyak di lapangan migas tua serta target dan realisasi program kerja drilling & completion. Jonan juga akan mengunjungi Drilling & Completions Decision Support Center milik Chevron. (dtf)