Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Meski sedang musim kemarau, curah hujan di sentra-sentra garam seperti Pulau Madura masih cukup tinggi. Dampaknya, panen garam terganggu, petambak tidak bisa menjemur garam dengan maksimal.
"Curah hujan masih tidak normal. Saat ini anomali cuaca masih terjadi, hujan masih ada. Penyuluh melaporkan masih terjadi hujan. Normalnya garam dipanen 10 hari biar kadar airnya rendah," kata Dirjen Pemanfaatan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Brahmantya Satyamurti, dalam konferensi pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (28/7/2017).
KKP mencatat, produksi garam rakyat dan PT Garam selama bulan Mei sampai Juli hanya 6.200 ton, jauh di bawah angka normal. Rata-rata produksi garam per bulan mencapai 166.000 ton.
"Produksi garam on farm Mei-Juli total 6.200 ton. Kalau dibanding dengan kondisi normal di mana per periode tiap tahun 166.000 ton/bulan untuk garam rakyat saja, belum termasuk dari PT Garam," ujar Brahmantya.
Sebagai langkah antisipasi agar pasokan garam konsumsi untuk masyarakat tidak terganggu, pemerintah menugaskan PT Garam mengimpor 75.000 ton garam bahan baku.
Garam bahan baku yang diimpor memiliki kadar NaCL paling sedikit 97%. Garam bahan baku ini akan dijual ke Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang memproduksi garam konsumsi.
Garam impor akan masuk pada 10 Agustus 2017 melalui 3 pelabuhan, yaitu Pelabuhan Ciwandan, Tanjung Perak, dan Belawan.
Satgas Pangan ditugaskan mengawal distribusi garam bahan baku ini supaya benar-benar dijual ke IKM untuk diolah menjadi garam konsumsi, tidak diselewengkan.
"Untuk kebutuhan IKM memproduksi garam konsumsi, diputuskan hal tersebut. Diharapkan impor masuk sebelum 10 Agustus di Pelabuhan Ciwandan, Tanjung Perak, dan Belawan. Distribusi sampai pengguna akhir dikawal Bareskrim," tutupnya. (dtf)