Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Fenomena ritel yang mulai berguguran di Indonesia harus menjadi sebuah babak baru bagi industri ritel tanah air. Inovasi perlu dilakukan agar masyarakat kembali tertarik pergi belanja ke mal.
Setelah Lotus, Mitra Adi Perkasa kembali menutup gerai lainnya yakni Debenhams. Sebelumnya Matahari di Pasaraya Manggarai dan Blok M juga harus gulung tikar.
Ada sebuah artikel menarik yang diterbitkan oleh Majalah Forbes yang dikutip detikFinance, Kamis (26/10/2017). Daniel Newman, Kontributor Majalah Forbes yang fokus menulis 'Digital Transformation' memaparkan beberapa hal canggih yang harus dilakukan retail dalam bertransformasi. Hal ini semata-mata untuk menggaet masyarakat agar merasakan suasana baru jika berpergian ke department store.
Konsumen masa kini kini lebih efisien, super sibuk, dan sangat menyukai apa yang instan. Apa yang mereka inginkan sekarang, harus terwujud sekarang juga. Termasuk ketika membeli sebuah barang dari meja kerjanya atau dari rumah melalui handphone atau laptopnya.
Kemudian, dengan membayar melalui beberapa payment system atau gerbang pembayaran non tunai, tak lama barang tersebut datang sendiri.
Mari lupakan sejenak, mengenai kondisi eksternal jalanan seperti kemacetan dan cuaca yang tidak mendukung masyarakat berpergian ke mal langsung. Karena, ini bukan perkara industri ritel siap atau tidak, industri ritel mau tak mau harus melakukan inovasi.
Retailer harus menciptakan demand yang tinggi atau ketertarikan yang tinggi untuk masyarakat agar mau merasakan pengalaman baru berbelanja di gerai ritelnya. Mereka harus menjual experience atau pengalaman ketika berbelanja sesuatu yang baru.
"Kita tak bisa menutup digitalisasi, walaupun itu adalah sebuah ritel. Meskipun hal kecil yang ada di ritel. Kalau tidak semua gerai akan tutup dan terancam," ungkap seorang penulis yang berpengalaman di dunia ritel.
Kurang lebih gambarannya begini. Ketika seseorang pergi ke mal atau department store di masa depan (atau mungkin dalam waktu dekat) maka dia hanya berbekal sebuah ponsel pintar. Tak perlu luas gerai yang besar, namun hanya perlu layar digital dan gudang untuk menyimpan secara khusus barangnya.
Inovasi pertama yakni dengan menggunakan personalized touch-screen displays. Ketika konsumen masuk sebuah gerai ritel, ia akan menemukan layar sentuh canggih yang memberikan gambaran secara rinci dan kepuasan untuk memilih bentuk dan ragam barang yang diinginkannya.
Kemudian, setelah konsumen memilih di layar digital tersebut, maka Abrakadabra! Barang langsung bisa dicoba langsung di samping Layar Canggih tersebut. Nah, ini inovasi kedua lainnya, yakni dengan menggunakan smart digital price tags. Di mana barang yang telah dicoba konsumen tadi telah menggunakan label harga digital yang tinggal di-scan ke ponsel si konsumen untuk proses pembayaran.
Proses pembayaranpun tinggal menggunakan payment system atau sistem pembayaran langsung yang terkoneksi dengan ponsel dan rekening si konsumen. Masukkan PIN (Personal Identification Number) untuk transaksi untuk kemudian menunjukkannya ke kasir untuk ambil barangnya. Semudah itu, namun pengalaman menarik yang dirasakan konsumen akan membawanya kembali datang ke ritel.
Debenhams sendiri, yang baru saja diumumkan ditutup justru membuka ritel canggihnya di Melbourne, Australia. Debenhams resmi dibuka pada 24 Oktober 2017 di gerai seluas 3.600 m2 di Basement St Collins Lane Mall di Jalan Collins, Melbourne. Ini adalah pertama kalinya Debenhams dipantau khusus oleh Kantor Pusatnya di Inggris.
"Ini bukan departement store biasa," kata sang manager di Melbourne.
Dijelaskannya, staf akan membawa perangkat mobile point-of-sale sehingga penjualan dapat diselesaikan di manapun di toko dan pelanggan tidak lagi dipaksa untuk menunggu dalam antrean untuk melakukan transaksi. Inovasi! Itu kuncinya.
Namun, infrastruktur pendukung juga harus diupayakan lebih jauh. Sebut saja, smart parking. Di mana konsumen sebelum hadir di toko atau gerai sudah melakukan transaksi sendiri untuk parkir. Dengan smart parking nantinya sebelum tiba di lokasi, konsumen sudah mengetahui kendaraannya akan diparkir di mana tanpa harus ambil tiket dan antre. Semua menggunakan aplikasi di ponselnya.
Gerai Samsung, di Singapura menyediakan pengalaman ritel atau berbelanja yang menarik. Misalnya, konsumen bisa menggerakan tangannya di depan dinding video untuk diproyeksikan dan diberikan efek. Kemudian memilih ponsel, sampai memilih kopi yang diinginkannya untuk kemudian diambil ketika sudah selesai.
Inovasi membutuhkan investasi, seperti itu kira-kira. Namun pengalaman bagi para konsumen merupakan hal berharga untuk melangkah kepada sebuah ketertarikan baru. Industri ritel pun masuk ke dalam distrupsi digital yang saat ini bagaikan sebuah virus yang tersebar ke berbagai industri. (dtc)