Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan, daya beli masyarakat Indonesia mengalami perlambatan di triwulan III-2017, lantaran adanya perubahan pola konsumsi yang telah terjadi sejak triwulan III-2016.
Hal tersebut tercermin dari tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2017 yang berada di level 4,93%, turun tipis dibandingkan triwulan I-2017 yang sebesar 4,95%, dan triwulan II-2017 sebesar 4,94%.
"Yang pertama pergeseran pola konsumsi dari non leisure ke leisure, jadi kalau diperhatikan, sejak triwulan III-2016, kalau bicara pendapatan, pendapatan kan tetap, yang terlihat di sana, konsumsi non leisure sudah mulai ke bawah sejak triwulan III-2016," kata Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (6/11).
Pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2017 ini sebesar 5,06%. Berdasarkan struktur menurut pengeluarannya, konsumsi rumah tangga sebesar 4,93%, PMTB sebesar 7,11%, ekspor 17,27%, konsumsi pemerintah 3,46%, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 6,01%, dan impor sebesar 15,09%.
Khusus konsumsi rumah tangga, Suhariyanto mengatakan, perlambatan terjadi pada komponen makanan dan minumanan di triwulan III-2017 yang hanya tumbuh 5,04% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya 5,23%. Lalu, perlambatan juga terjadi pada komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perwatannya yang tumbuh melambat menjadi 2,00% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 2,24%. Serta perumahan dan perlengkapan rumah yang tumbuh melambat menjadi 4,14%.
Sementara untuk komponen kesehatan dan pendidikan naik tipik menjadi 5,38% di triwulan III-2017 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,36%, lalu komponen restoran dan hotel menjadi 5,52% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,01%.
"Restoran dan hotel, ada kenaikan konsumsi makanan, kalau ditelusuri lebih dalam ada kecenderungan masyarakat lebih bergesar ke non leisure ke leisure, itu kuat, karena untuk yang leisure lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, demikian juga dari rata-rata penghunian tingkat hotel," jelas dia.
Meski demikian, pria yang akrab disapa Kecuk ini mengungkapkan, pergeseran pola konsumsi ini perlu diwaspadai hingga akhir tahun, meskipun kontribusi leisure atau kesenangan ini masih kecil.
"Konsumsi ini perlu di waspadai, sekarang untuk share triwulan III-2017 kalau kita lihat pergerakannya signifikan atau tidak, ya memang belum tinggi amat kenaikannya, sharenya masih 14-15%, peningkatan waktu ke waktu menunjukan tren meningkat terus," tukas dia.(dtf)