Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Semarang - Munculnya nama Taj Yasin atau Gus Yasin yang mendapat rekomendasi PDIP menjadi calon wakil gubernur Jawa Tengah tidak tertebak. Akan ada implikasi dari penunjukan tersebut yang harus diatasi PDIP.
Pengamat politik dari Undip Semarang, Teguh Yuwono mengatakan selama ini nama Gus Yasin tidak masuk dalam radar survei dan tidak pula mendaftar di DPD PDIP Jateng sebagai bakal calon wakil gubernur Jateng. Bahkan Gus Yasin bukan juga kader partai merah itu.
"Saya kira seluruh kader PDIP dan masyarakat Jateng kaget dengan munculnya Gus Yasin. Kalau Ganjar ditunjuk lagi wajar, sedangkan Gus Yasin merupakan tokoh baru dan tidak pernah masuk radar survei," kata Teguh saat dihubungi detikcom, Minggu (7/1/2018).
Menurut Teguh akan ada implikasi dari penunjukan Gus Yasin. Pertama pasangan Ganjar-Yasin bisa mempengaruhi soliditas kekuatan PDIP sehingga kader harus diyakinkan kalau pemilih nasionalis akan memilih pasangan tersebut.
"Ini dengan kader non-PDIP kemudian kader kecewa dan tidak mendukung. Itu berdimensi ke implikasi yaitu soliditas PDIP mengalami penurunan," ujar Teguh.
"Kalau sebelumnya tidak mendaftar kemudian ditunjuk, Megawati sudah biasa," imbuhnya.
Teguh menilai, PDIP memiliki rencana jangka panjang dengan memilih Gus Yasin yang bisa merangkul golongan Islam moderat serta menunjukkan PDIP akan berkoalisi untuk Pileg dan Pilpres 2019 mendatang.
"Untuk batu loncatan ke Pilpres dan Pileg. Lihat statmen Megawati tadi yang 'diincar' NU-nya, karena bagaimanapun NU dan golongan Islamis moderat untuk memenangkan Jokowi di 2019. PDIP bisa katakan ke kader agar menerima saja (Ganjar-Yasin) karena untuk jangka panjang," terang Teguh.
Gus Yasin sebelumnya disebut oleh Sudirman Said sebagai salah satu kandidat calonnya maju Pilgub Jateng, tapi siang tadi putra ulama karismatik KH Maimun Zubair itu resmi mendampingi Ganjar.
"Bukan ditikung ya, itu momentum. Akurasi merespon kepentingan publik. Ini risiko, politik itu bisa cepat bisa lambat, kalau lambat ya ditinggal, biasa. Kalau Sudirman Said kaget ya salahnya sendiri kenapa lambat," tutup Teguh. dtc