Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Meski bursa cryptocurrency Jepang baru saja kebobolan, nyatanya hal tersebut tidak menyurutkan niat Line meluncurkan platform jual beli mata uang digital.
Seperti diketahui, belum sepekan berlalu sejak kasus pembobolan Coinheck, bursa mata uang virtual Jepang. Insiden ini berbuntut pada digondolnya NEM, cryptocurrency asal Negeri Sakura, senilai USD 530 juta (Rp 7,1 triliun) oleh hacker. Kejadian ini pun disebut-sebut sebagai salah satu yang terbesar di dunia.
Di tengah situasi ini, Line justru penuh percaya diri mengajukan rencananya rencananya menjalankan platform pertukaran cryptocurrency. Pihak berwenang saat ini tengah mengkaji pengajuan tersebut.
Melihat dari tren yang tengah berlangsung, langkah Line ini cukup berani, mengingat otoritas jasa keuangan Jepang tengah mengawasi seluruh pendaftaran terhadap platform jual-beli mata uang digital baru secara lebih ketat. Hal ini dilakukan untuk menutup celah seperti yang ditunjukkan oleh Coincheck.
"Kami menyadari bahwa sangat penting melakukan komunikasi, terutama bagi para user pemula dan belum berpengalaman (terhadap cryptocurrency), terkait dengan nilai dan resiko dari produk finansial kami," ujar juru bicara Line, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (1/2).
Line sendiri berencana mewujudkan platform tersebut melalui Line Financial yang juga akan menyediakan layanan lain berupa pinjaman dan asuransi lewat aplikasi utama Line.
Aplikasi berbagi pesan yang dikenal dengan tokoh Brown dan Cony ini sebelumnya juga sudah mengakomodasi pengiriman uang dan metode pembayaran kepada 40 juta penggunanya.
Basis usernya pun tidak hanya kuat di negeri asalnya Jepang, namun cukup menjajikan di Taiwan, Thailand, dan Indonesia.
Meski begitu, jika memang terealisasi, belum diketahui apakah Line akan langsung menerapkan proyeknya ini secara serentak di seluruh negara yang menjadi tempat beroperasi, atau hanya berjalan di Jepang. (dtn)