Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Jelang Pilpres 2019, marak gerakan yang diawali dengan tanda pagar (#) yang terkoneksi dengan media sosial. Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai gerakan tersebut tidak produktif untuk rakyat.
Emrus menyoroti maraknya gerakan #2019GantiPresiden yang kemudian dilawan dengan gerakan #DiaSibukKerja oleh beberapa kelompok. Dia menilai gerakan tanda pagar (tagar) itu untuk memanipulsi persepsi publik.
"Banyak gerakan #2019GantiPresiden dan #DiaSibukKerja. Gerakan itu menurut saya tidak produtif untuk rakyat. Seharusnya bertarung pada program saja. Gerakan itu dibuat untuk manipulasi persepsi publik. Tidak ada gunanya untuk rakyat," ujar Emrus dalam dikusi Voxpol Center bertajuk 'Utak-atik Capres-Cawapres Pascapilkada Serentak 2018' di Restoramn Warung Daun, Cikini, Jakarta, Selasa (3/7/2018).
Emrus pun menilai, sebaiknya para politikus menarik gerakan tersebut dan menggantinya dengan menggaungkan program calon yang diusung. "Saya kira harusnya teman-teman poilitisi, gerakan itu ditarik. rakyat itu butuh perubahan, peningkatan kesejahteraan," katanya.
Emrus juga menyoroti soal potensi kampanye yang bertentangan dengan kebhinekaan dan cenderung mengarah ke Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). Dia menilai seharunya partai politik bersama-sama mendeklarasikan kampanye anti SARA.
"Harusnya partai-partai mendeklarasikan menghentikan segala bentuk kampanye yang mempertentangkan segala suku dan etnis di antara kita. Cilakanya, dari isu yang diangkat itu, kita bisa analisis ke mana arah yang diuntungkan. Jadi kalau ada yang angkat itu, kita harusnya tahu arahnya ke mana. Artinya sederhana sekali untuk melihat arah itu," katanya.
Emrus menyarankan, jika ada dalam Pilkada Serentak nanti pasangan kepala daerah yang menang karena bergulirnya isu SARA, harusnya berani menolak kemenangan tersebut.
"Celakanya adalah, paslon atau partai yang diuntungkan membiarkan. Harusnya dia muncul ke publik dan menyatakan dia tidak mau dimenagkan dengan cara itu. Kalau itu terjadi bagus sekali. Tapi sayang sekali banyak terjadi pembiaran," katanya.
Karena itu, Emrus mengimbau untuk tidak memakai isu SARA. Sebab, pertentangan akan mengahabiskan enegri warga.
"Netral sikap kita kepada krisis moral, sama saja kita amoral. Apalagi membiarkan. Jadi hentikanlah kampanye SARA itu nanti. Jika ada semacam ini seharusya secara bersama-sama bangsa ini menolak. Sehingga tidak habis energi kita untuk mempertentangkan itu," tambahnya. (dtc)