Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Tren kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) menimbulkan adanya perang suku bunga di kawasan regional. Beberapa negara di kawasan mulai melakukan hak itu untuk mengantisipasi pengetatan likuiditas.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan salah satu permasalahan yang menjadi pertimbangan BI adalah tren kenaikan suku bunga di banyak negara. Mereka semua tengah berebut likuiditas.
"Semua negara dalam suku bunga tinggi berusaha menarik aliran modal yang terbatas ke masing-masing (negara). Jadi seolah ada bagaimana mengetrack suku bunga lebih menarik agar inflow terjadi," ujarnya di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (6/11/2018).
Meski begitu, BI mengambil sikap lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga acuan. BI akan mempertimbangkan segala aspek termasuk risiko yang muncul jika kembali menaikkan suku bunga acuan.
"Yang lebih penting forward looking-nya bagaimana kami melihat risiko, proyeksi ke depan untuk kebijakan makro. Jadi stance kebijakan sendiri apakah kami akan mengubah posisi dari suku bunga? Sangat data dependent," tambahnya.
BI juga akan menunggu perkembangan gejolak ekonomi global khususnya terkait perang dagang. Oleh karena itu BI menantikan perkembangan dari hasil pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping.
"Jadi tentunya kami belum bisa bilang suku bunga akan naik atau turun atau tetap, tapi tergantung pada assessment ke depan. Sebentar lagi akan ada Rapat Dewan Gubernur, kelihatan nanti di hasil rapat," ujarnya. (dtf)