Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia belum bisa keluar dari jeratan tekor alias defisit. Cawapres Sandiaga Uno nomor urut 02 mengatakan hal tersebut karena impor migas.
Hal ini dikatakan Sandiaga di sela-sela kunjungannya di Makassar, Kamis (16/5/2109). Sandiaga mengatakan pihaknya seringkali mengingatkan soal bahayanya neraca perdagangan Indonesia.
"Oleh karena itu kami sudah dari awal, mendorong kebijakan-kebijakan yang harus meningkatkan ekspor kita, mengurangi impor kita terutama dari segi migas," kata Sandi.
"Karena mayoritas dari defisit ini dihasilkan dari impor migas kita yang sudah terus menerus dan ketidakmampuan kita meningkatkan produksi migas kita dan menekan impor kita," sambungnya.
Di sisi lain, kata Sandiaga adalah ekspor Indonesia tidak didorong dengan realisasi yang terprogram. Oleh karenanya, solusi jangka pendeknya adalah mencetak pengusaha untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor.
"Khususnya di bidang migas kita harus ada kebijakan dalam waktu singkat untuk mengurangi defisit ini. Saya melihat ini ancaman, apalagi akan ada perang dagang antara Amerika dan China yang menambah ketidakpastian global," sebutnya.
"Kita harus mampu berdiri di atas kaki sendiri . Saatnya pemerintah mengambil tanggung jawab ini dan untuk pejabat yang membawa kita ke situasi ini untuk melalukan evaluasi," tambahnya.
Dia mengingatkan, jika hal ini tidak cepat teratasi maka akan menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan akan mempersulit terciptanya lapangan kerja.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia pada April defisit US$ 2,5 miliar. Angka ini berasal dari ekspor pada April 2019 sebesar US$ 12,6 miliar dan impor sebesar US$ 15,1 miliar.
Ekspor Indonesia pada April 2019 sebesar US$ 12,6 miliar. Angka ini turun 10,80% dibanding Maret 2019 (month to month), sedangkan secara tahunan (year on year/yoy) turun lebih dalam yaitu 13,10%.
Sedangkan impor, tercatat sebesar US$ 15,10 miliar atau turun 12,25% dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya pun turun 6,58%.
"Dengan menggabungkan ekspor dan impor, terjadi defisit US$ 2,50 miliar di April 2019," kata Kepala BPS Suharyanto. dtc