Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ada konsekuensi yang harus ditanggung negara-negara Eropa jika mereka tak menggunakan teknologi 5G buatan Huawei, yaitu biaya yang lebih tinggi.
Berdasarkan riset dari analis industri, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (9/6/2019), biaya yang harus ditanggung itu lebih tinggi 55 miliar euro, atau sekitar Rp 887 triliun. Tak cuma itu, penerapan teknologi 5G juga bakal lebih lambat 18 bulan.
Inilah konsekuensi yang harus ditanggung negara-negara Eropa jika mereka mengikuti anjuran dari pemerintahan Amerika Serikat untuk tak menggunakan perangkat buatan Huawei, setelah pemerintahan di rezim Donald Trump itu memasukkan Huawei ke dalam daftar hitamnya.
Perkiraan tersebut adalah bagian dari laporan GSMA, yang mewakili kepentingan dari 750 operator seluler di seluruh dunia. GSMA sendiri sebelumnya memang aktif menyuarakan konsekuensi ini.
Menurut mereka, lonjakan biaya dan penundaan penerapan 5G ini bisa terjadi karena saat ini banyak operator di Eropa yang sudah menggunakan perangkat jaringan buatan Huawei. Bersama dengan ZTE, Huawei sendiri mempunyai market share lebih dari 40% di Uni Eropa.
Nah, jika mereka harus mengesampingkan penggunaan perangkat Huawei di teknologi 5G, menurut GSMA, maka mereka harus mengganti infrastruktur yang sudah dipakai sebelumnya jika mereka mau memperbarui jaringannya ke 5G.
"Operator perlu mengganti infrastruktur yang sudah ada sebelum mengimplementasikan pembaruan 5G," tulis GSMA dalam laporannya.
Namun laporan GSMA ini ditepis oleh Nokia, yang juga pembuat perangkat jaringan. Menurut perusahaan asal Finlandia ini, perangkat buatannya bisa digunakan bersamaan dengan perangkat 4G dari pabrikan lain yang digunakan sebelumnya.
"Kami menawarkan solusi teknis di mana kami bisa memasang perangkat 5G kami di atas perangkat 4G buatan vendor lain. Solusi ini bisa mengurangi biaya dan kompleksitas dari perubahan perusahaan pembuat perangkat," ujar Eric Mangan, juru bicara Nokia.
Nokia pun mengklaim kalau mereka sudah menyalip Huawei dalam hal pemesanan perangkat 5G dan banyak negara Eropa yang tertarik dengan penawaran perangkat 5G-nya karena adanya masalah dengan Huawei ini.(dtn)