Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Amerika Serikat (AS) telah sepakat untuk tidak memberlakukan tarif dagang baru untuk Cina. Kemudian AS dan Cina kini sedang melakukan pembahasan terkait masalah ketegangan dagang yang sudah terjadi beberapa waktu lalu.
Pengamat Ekonomi Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan adanya kesepakatan antara AS dan Cina merupakan sinyal positif dari pertemuan G-20. Menurut dia dengan adanya renegosiasi terkait kebijakan tarif ini membuat kemungkinan perang dagang bisa sedikit mereda.
"Meskipun efeknya temporer, karena Trump bisa jadi berbalik arah dan menyerang Cina lagi, jika isi kesepakatan berikutnya tidak sesuai harapan AS," kata Bhima, Sabtu (29/6/2019).
Dia mengungkapkan, dengan renegosiasi itu tidak ada kenaikan tarif bea masuk yang baru untuk beberapa bulan ke depan. Menurut Bhima ini bisa menjadi kesempatan yang baik untuk eksportir Indonesia.
"Peluang untuk eksportir Indonesia yang meyakinkan calon pembeli di tujuan ekspor AS dan Cina untuk menjalankan kontrak pembelian secara jangka panjang. Kemarin kan sempat tertunda karena pengusaha di negara mitra dagang Indonesia wait and see menunggu hasil pertemuan Trump dengan Xi Jinping, sekarang saatnya genjot ekspor lagi," ujar Bhima.
Kemudian, dampaknya untuk Indonesia jika ekspor mulai membaik, maka defisit neraca perdagangan bisa berkurang. Menurut Bhima, efek positif renegosiasi dagang ini bisa mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi, stabilitas kurs rupiah dan pendapatan masyarakat khususnya di komoditas.(dtf)