Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ada dua masalah besar yang membuat valuasi Apple mengalami penurunan cukup besar, mencapai US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.429 triliun.
Dua masalah tersebut adalah penyebaran virus corona dan anjloknya harga minyak dunia, yang menyebabkan kebanyakan saham perusahaan menurun rata-rata 7%, termasuk Apple salah satunya.
Nilai saham Apple menurun 8,7% saat dibuka pada Senin (9/3/2020), yaitu menjadi US$ 263,75 per lembar saham dari US$ 289,03 per lembar saham saat perdagangan ditutup pada Jumat (6/3/2020).
Meski turun banyak, valuasi Apple sebenarnya tetap tinggi, masih di atas US$ 1 triliun. Valuasi di atas US$ 1 triliun itu pertama diraih Apple pada Agustus 2018, di mana Apple adalah perusahaan Amerika Serikat pertama yang mencapai valuasi setinggi itu.
Untungnya, penurunan saham itu tak berlangsung terus-menerus, karena tak lama setelah perdagangan dibuka pada Senin (9/3/2020) lalu itu nilai sahamnya kembali naik menjadi US$ 271 per lembar saham.
Penyebaran virus corona memang berdampak langsung terhadap Apple, karena semua produk jagoan mereka diproduksi di Cina, yang merupakan negara pertama tempat virus corona menyebar.
Alhasil produksi produk Apple seperti iPhone pun terdampak karena fasilitas perakitan dan penyuplai komponennya tak bisa beroperasi. Hal ini pun sudah terlihat efeknya karena kini di sejumlah negara ada model iPhone tertentu yang stoknya sudah sulit ditemukan.
Begitu juga dengan 42 Apple Store di Cina yang terpaksa ditutup, meski sebagian besarnya kini sudah mulai beroperasi kembali secara terbatas, yaitu selama delapan jam per hari dari yang biasanya 12 jam per hari.
Bisa dibilang ini adalah salah satu masa terberat yang dihadapi CEO Apple Tim Cook sejak ia mengambil alih jabatan Steve Jobs pada 2011, demikian dikutip dari Phone Arena, Rabu (11/3/2020).(dtn)