Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengungkapkan banyak anak mengalami stres selama proses belajar di rumah di tengah masa pandemi virus corona (COVID-19). Untuk itu, pria yang akrab disapa Kak Seto ini mengajak orang tua mendidik anak tanpa kekerasan.
"Saat ini kita masih terus harus bertahan di rumah, di rumah saja. Dan dan dalam keadaan demikian dari beberapa laporan yang kami terima dari LPAI, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, banyak anak-anak yang mengalami stres, tertekan," kata Kak Seto dalam konferensi, di Kantor BNPB, Jakarta, Sabtu (25/4/2020).
"Mari mendidik anak dengan kekuatan cinta. Jangan lagi memakai cara penuh kekerasan," tutur Kak Seto.
Salah satu penyebab stres pada anak saat berada di rumah adalah tekanan yang diberikan saat orang tua menjadi guru di rumah. Menurut Kak Seto, beberapa orang tua cenderung memaksakan kehendaknya anak agar sukses dalam mengerjakan suatu tugas.
"Salah satunya adalah kadang-kadang di dalam cara orang tua menghadapi putra putri tercinta, para orang tua sekarang harus menjadi guru tiba-tiba di dalam rumah. Dan kemudian mencoba untuk menjelaskan, menerangkan, kadang-kadang memaksakan hal ini dicapai oleh putra putrinya sendiri sehingga akhirnya yang muncul adalah anak anak tertekan," jelas Kak Seto.
Selain itu, stres pada anak juga terjadi akibat pemakaian gadget tanpa pengawasan. Menurutnya, banyak anak mencari hiburan melalui gadget.
"Kemudian suasana kedua yang memuat anak-anak juga tertekan adalah karena anak-anak kemudian lari ke gadget mereka mencoba untuk mendapatkan informasi-informasi tapi manakala tidak ada pendampingan dari orang tua," ucap Kak Seto.
Kak Seto mengatakan, penggunaan gadget tanpa pengawasan berpotensi membuat anak menemukan konten kekerasan dan pornografi. Dia meminta agar orang tua waspada terhadap situasi tersebut.
"Kadang juga nuansanya juga penuh kekerasan. Ada kekerasan suatu yang mengerikan mungkin pornografi, dan kadang-kadang juga melalui kekerasan seksual melalui media daring," kata Kak Seto.(dtc)