Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pandemi COVID-19 membuat 1,5 juta pegawai angkutan darat dirumahkan alias nganggur karena kendaraan tak beroperasi. Kalau pun bekerja, mereka harus bergantian karena terbatasnya kegiatan operasi.
"Jadi memang benar kalau transportasi jalan di seluruh Indonesia, di semua moda itu kita memang sekitar 1,4-1,5 juta tenaga kerja. Itu total yang dirumahkan, dalam artian ketika angkutan itu sama sekali tidak berjalan ya maka mereka terumahkan keadaan," kata Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Haryono saat dihubungi, Rabu (13/5/2020).
Saat ini pemerintah memang memberi kelonggaran bagi bus antarkota antarprovinsi beroperasi. Namun hanya sedikit pekerja di angkutan darat yang akhirnya bisa bekerja dari situ.
"Jadi kalau potensi 1,4-1,5 juta itu kira-kira baru menyangkut yang 150 ribuan atau paling banyak 250.000 yang mungkin sekarang ini jalan di sana-sini, sporadik ya," sebutnya.
Angkutan kota pun demikian, ada yang beroperasi tetapi terbatas. Kecuali angkutan kota yang bersifat kewajiban pelayanan publik atau public service obligation (PSO)
"Angkutan kota kalau yang PSO pasti jalan karena PSO kan, itupun juga digilir karena memang demand-nya kecil ya, nggak banyak yang dijalankan. Yang kedua yang nggak PSO itu sangat oportunis, artinya benar-benar kalau mereka nggak melihat potensi perjalanan ya mereka nggak jalan," jelasnya.
Untuk angkutan darat yang masih bisa beroperasi pun waktunya terbatas karena menyesuaikan keadaan. Misalnya dalam satu bulan hanya menjalankan trayek sebanyak 5 kali.
"Jadi misalkan 1 bulan itu ketika mereka jalan mungkin mereka jalan hanya sekitar paling maksimal 10 sampai 20 hari. Jadi satu bulan itu mungkin 25 hari ya maksimal 5 kali operasi," tambahnya.(dtf)