Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Setelah sempat mencetak rekor tertingginya di level US$ 2.075/troy ons, harga emas belakangan kian memudar. Harga emas kini hanya mampu bertengger di level US$ 1.944/troy ons. Tapi meski turun, emas masih memberikan rata-rata keuntungan lebih dari 27% selama tahun berjalan atau year to date (ytd).
"Jadi masih termasuk mahal. Kenaikan harga emas juga mengalahkan sejumlah instrumen keuangan lainnya seperti saham, obligasi, reksadana yang tidak jarang justru memberikan imbal hasil minus atau negatif. Bahkan jika dibandingkan dengan produk deposito sekalipun, emas jelas memberikan imbal hasil yang tinggi karena deposito saat ini imbal hasilnya juga dalam tren penurunan," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (24/8/2020).
Gunawan mengatakan, di saat harga emas tembus US$ 2.075/troy ons, itu memberikan keuntungan yang sangat signifikan bagi investornya. Keuntungan yang diberikan emas selama tahun berjalan 2020 sempat di atas 30%.
"Artinya, jika kita membeli emas di awal tahun dan menjualnya di harga tertinggi maka kita berpeluang mendapatkan keuntungan di atas 30%," kata Gunawan.
Redupmya kilau emas belakangan dipicu oleh keyakinan banyak negara dalam pengembangan vaksin Covid-19. Banyak masyarakat yang menilai chaos yang mungkin timbul akibat pandemi corona perlahan mulai sirna seiring dengan progres positif pengembangan vaksin di dunia.
Hal tersebut pun membuat emas kembali kurang diminati dan kurang dilirik. Jika progress pengembangan vaksin terus mengarahkan kepada kesimpulan bahwa Covid 19 bisa dicegah, maka kilau emas nantinya akan memudar dan akan memicu terjadi penurunan harga emas itu sendiri. Dan sentimen kenaikan harga emas ini akan berakhir.
Namun asa belum sepenuhnya hilang. Ancaman resesi dan perang dagang serta memanasnya hubungan politik banyak negara di dunia tetap bisa membuat harga emas mengalami kenaikan. "Paling penting jangan terbuai dengan tren kenaikan harga emas sebelumnya. Saya menyarankan agar investor berhati-hati dengan kemungkinan tekanan yang terjadi secara tak terduga," kata Gunawan.
Pemilik Toko Emas Suranta, Edi Suranta, mengatakan, sejak harga emas naik, masyarakat yang menjual emas sangat sedikit. Hal itu kemungkinan karena tidak butuh dana atau menunggu harga semakin mahal. "Meski sekarang sudah turun ke Rp 920.000/kg dari harga tertingginya yang sempat mencapai Rp 955.000/gram, namun masyarakat yang menjual emasnya sangat sedikit. Bisa dihitung dengan jari per harinya. Masih sepi," katanya.
Ditanya terkait penjualan pedagang, Edi menuturkan jika sudah jeblok sejak pertengahan Maret 2020. Pandemi Covid-19 membuat masyarakat tidak punya dana untuk membeli emas. Meski sudah turun, namun harga saat ini masih terbilang mahal sehingga membuat transaksi penjualan masih sepi.