Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ketua Komisi IV DPR RI dari fraksi PDIP Sudin menyinggung harga tembakau yang anjlok, khususnya di Probolinggo, Jawa Timur (Jatim). Hal itu disampaikan Sudin kepada Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI.
"Sistem tembakau di Indonesia bagaimana? Karena Pak Hasan Aminuddin (Wakil Ketua Komisi IV) komplain kok harga tembakau di Probolinggo jatuh sekali. Apa langkahnya dari Dirjen Perkebunan? Kalau regulasinya harus diatur ya kita usahakan. Karena di beberapa wilayah selalu komplain tentang itu," kata Sudin dalam RDP yang disiarkan virtual, Jumat (11/9/2020).
Menjawab itu, Kasdi mengatakan anjloknya harga tembakau berawal dari kebijakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) menjadi 23% pada awal 2020, sehingga harga jual eceran (HJE) rokok naik 35%.
"Terkait dengan tembakau memang berawal dari kenaikan CHT 23%. Dan kemudian harga rokok naik," jelas Kasdi.
Kenaikan CHT dan HJE membuat para pabrik rokok mengurangi serapan tembakaunya kepada petani, sehingga harga pun turun.
"Sehingga terjadi idle capacity perusahaan hasil tembakau atau rokok. Sehingga serapan di petani turun. Kalau itu terjadi maka harga di petani ditekan," terang Kasdi.
Oleh karena itu, Kasdi sedang menyusun kebijakan yang lebih tegas agar para pabrik rokok wajib menyerap produksi petani.
"Maka kami mau menyelaraskan edukasi, di antaranya Permentan yang saat ini 23/2019 di sana tertera untuk kemitraan. Setiap pabrik rokok harus bermitra dengan petani tembakau, itu satu. Dan kemudian kesepakatan harga juga ada perjanjian kerja sama dalam frame kemitraan," papar dia.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno mengaku harga tembakau sudah turun 10-15% sejak CHT naik, jika dibandingkan dengan harga di tahun 2019.
"Panen ini harga tembakau jatuh. Padahal panen kita sekarang bagus karena tidak ada hujan. Di Probolinggo, Lamongan, Bojonegoro, di Jawa Timur rata-rata harganya jelek. Kalau di Jawa Tengah saya dengar harganya juga turun. Jadi dari tahun 2019 rata-rata 10-15%," kata Soeseno.(dtf)