Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Driver ojek online (ojol) menolak keras rencana merger Gojek dan Grab. Bahkan, para driver mengaku akan melakukan demo besar-besaran untuk menolak rencana ini.
Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono mengatakan pihaknya meminta pemerintah ikut memantau rencana aksi korporasi dari dua raksasa transportasi online ini. Pasalnya, apabila merger Gojek dan Grab dilakukan bisa merugikan driver.
"Mega merger Gojek dan Grab memang sifatnya B to B, namun di Indonesia ada instrumen merger dari regulator juga, dalam hal ini Pemerintah. Regulator harusnya punya hak menerima atau menolak ini karena ini nasib jutaan driver sebagai mitra," kata Igun kepada detikcom, Rabu (9/12/2020).
Saat ini pihaknya akan mengirim surat kepada beberapa instansi untuk menyampaikan aspirasi penolakan merger Gojek dan Grab dari para driver ojol. Igun mengatakan akan mengirim surat ke KPPU, Kemenko Maritim dan Investasi, dan BKPM.
"Kami konsolidasi dulu, nanti kita kirim surat ke KPPU, Kemenkomarves, BKPM, tentu tembusannya ke Presiden. Hari Senin ini kalau jadi kita kirim, kami mau lihat dulu perkembangannya ini jadi apa nggak, karena ini kan belum ada data valid rilis resmi aksi mergernya," ujar Igun.
Igun mengatakan pihaknya memberikan ultimatum agar aspirasi penolakan merger Gojek dan Grab bisa diterima pemerintah dan aplikator. Bila hingga akhir tahun tidak ada kejelasan pihaknya akan melangsungkan demonstrasi. Menurutnya hal itu akan dipusatkan di Istana Negara, lalu ke Kemenkomarves, dan BKPM.
"Apabila aspirasi sebagai asosiasi yang menaungi para mitra pengemudi ojol untuk membuka ruang dialog tidak juga diperhatikan, maka langkah akhir kami adalah menggelar aksi massa pengemudi ojol di seluruh Indonesia," kata Igun.
"Kalau memang nggak ada penjembatanan kita pasti akan turun di Januari, perkiraan pertengahan Januari," tegasnya.
Igun menyatakan para driver ojol resah akan nasibnya apabila merger Gojek dan Grab ini dilakukan. Menurutnya, biasanya perusahaan yang melakukan merger cepat atau lambat akan melakukan aksi efisiensi, dalam hal ini bisa saja terjadi putus mitra.
"Para mitra ini resah, namanya akuisisi merger ini kalau terjadi pasti di mana mana selanjutnya aksi korporasi efisiensi. Mereka resah ini jadi gelombang pemutusan mitra sepihak kalau merger jadi dilakukan," kata Igun.(dtf)