Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Brasilia. Otoritas Brasil melaporkan lebih dari 2 ribu kematian akibat virus Corona (COVID-19) dalam 24 jam terakhir. Angka ini mencetak rekor tertinggi untuk tambahan kematian dalam sehari di Brasil.
Seperti dilansir AFP, Kamis (11/3/2021), Brasil yang berpenduduk 212 juta jiwa ini menempati peringkat dua dunia sebagai negara dengan total kematian akibat Corona terbanyak setelah Amerika Serikat (AS). Total kematian Corona di Brasil sejauh ini mencapai sedikitnya 270.656 orang.
Kementerian Kesehatan Brasil mengumumkan 2.286 tambahan kematian dalam 24 jam terakhir. Ini menjadi momen pertama bagi Brasil untuk mencatatkan lebih dari 2.000 kematian akibat Corona dalam sehari.
Laporan Kementerian Kesehatan Brasil juga menyebut nyaris 80 ribu kasus baru Corona terdeteksi dalam sehari. Total kasus Corona di Brasil, menurut data penghitungan Johns Hopkins University (JHU), sejauh ini mencapai 11,2 juta kasus -- tertinggi ketiga di dunia setelah AS dan India.
Pakar kesehatan setempat menyatakan lonjakan itu dipicu oleh varian baru Corona yang lebih mudah menular, termasuk salah satunya yang disebut P1 yang diyakini muncul di Brasil atau di sekitar kota Manaus.
"Kita berada pada momen terburuk pandemi di Brasil. Tingkat penularan dengan varian baru ini semakin memperburuk pandemi," sebut Margareth Dalcolmo, yang merupakan seorang dokter dan peneliti di pusat kesehatan publik terkemuka Brasil, Fiocruz.
"Tahun 2021 masih akan menjadi tahun yang sangat sulit," tuturnya kepada AFP.
Lonjakan kasus dan kematian ini terjadi saat rumah-rumah sakit di Brasil mulai kewalahan menangani pasien Corona.
Brasil juga tengah berupaya mengamankan pasokan vaksin Corona untuk warganya, yang semakin mengobarkan kritikan untuk Presiden Jair Bolsonaro. Diketahui bahwa Bolsonaro selalu meremehkan keseriusan Corona dan pekan lalu, mendorong warga Brasil 'berhenti mengeluh' soal Corona.
Vaksinasi Corona di Brasil dimulai terlambat dan berlangsung secara lamban, dengan baru 8,8 juta warga -- sekitar 4,2 persen dari total populasi -- yang menerima suntikan dosis pertama.(dtc)