Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Berbagai bukti yang berkembang menunjukkan bahwa orang dengan kondisi sistem imun atau kekebalan tubuh lemah, lebih mungkin menjadi inkubator virus bermutasi.
Versi virus Corona B117 yang muncul di Inggris akhir tahun lalu mengejutkan karena berbagai alasan. Mutasi virus ini muncul tepat ketika perkembangan vaksin menawarkan secercah harapan untuk mengakhiri pandemi, dan varian virus tersebut menghancurkan harapan itu.
Seperti dikutip dari New York Times, virus Corona B117 disebut jauh lebih menular daripada varian sebelumnya, sehingga menyebabkan peningkatan angka rawat inap dengan cepat.
Virus Corona biasanya memperoleh mutasi dengan kecepatan lambat tapi stabil. Tetapi varian Corona B117 telah memperoleh 23 mutasi yang tidak ada pada virus yang pertama kali diidentifikasi di China. Sebanyak 17 di antaranya telah berkembang sekaligus, beberapa saat setelah menyimpang dari "leluhurnya" yang paling baru.
Para ahli mengatakan, hanya ada satu hipotesis bagus tentang bagaimana ini terjadi. Pada titik tertentu, virus pasti telah menginfeksi seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah.
"Ini memungkinkannya beradaptasi dan berkembang selama berbulan-bulan di dalam tubuh orang tersebut sebelum ditularkan ke orang lain. Tampaknya itu penjelasan yang paling mungkin," kata Dr. Ravindra Gupta, seorang ahli virus di University of Cambridge.
Jika benar, gagasan tersebut berimplikasi pada program vaksinasi, terutama di negara yang belum mulai mengimunisasi populasinya. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah seperti pasien kanker misalnya, harus menjadi orang pertama yang divaksinasi.
"Semakin cepat kelompok itu terlindungi, semakin rendah risiko tubuh mereka berubah menjadi inkubator mutan supercharged berikutnya di dunia. Kita harus memberikan upaya terbaik yang kita bisa, untuk melindungi populasi ini," kata Dr. Adam Lauring, seorang ahli virus dan dokter penyakit menular di University of Michigan.
Dia menambahkan, hal itu mungkin rumit. Dengan alasan yang sama, kelompok populasi ini tidak meningkatkan respons kekebalan yang kuat terhadap virus, sehingga vaksin mungkin tidak bekerja dengan baik pada mereka. Jadi, mereka mungkin perlu diobati dengan campuran antibodi monoklonal.
Virus bertahan lebih dari 8 bulan
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pada beberapa orang dengan immunocompromised atau defisiensi kekebalan tubuh, virus dapat bertahan selama lebih dari delapan bulan. Waktu tersebut cukup lama untuk memberi kesempatan virus terus berkembang.
Immunocompromised adalah istilah yang mencakup berbagai kondisi lemahnya kekebalan tubuh yang mencakup diabetes, rheumatoid arthritis hingga leukemia, dan limfoma. Hingga saat ini, para ahli belum sepakat kondisi mana yang paling mungkin menyebabkan mutasi varian virus.
Beberapa ahli mengatakan daftar kelompok dengan kekebalan tubuh lemah juga harus mencakup lansia, serta mereka yang mengkonsumsi obat yang menekan sistem kekebalan, dan siapapun yang tidak bisa menghasilkan antibodi yang kuat.
Para ahli menekankan bahwa terlepas dari risikonya, penting untuk tidak menstigmatisasi atau menyalahkan orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah. Sebaliknya, fokusnya harus pada membatasi paparan mereka terhadap virus.(dtn)