Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Universitas Oxford pada Selasa (6/4/2021) mengatakan bahwa mereka telah menangguhkan uji coba skala kecil yang dilakukan di Inggris terkait vaksin Astrazeneca pada anak-anak dan remaja.
Hal ini dilakukan untuk menunggu lebih banyak lagi data terkait pembekuan darah pada orang dewasa setelah menerima suntikan vaksin COVID-19.
Penangguhan ini menjadi tantangan baru terhadap vaksin Astrazeneca, sebab sebelumnya vaksin ini dipuji sebagai tonggak penting dalam memerangi pandemi virus Corona COVID-19. Beberapa negara membatasi penggunaannya sehubungan dengan laporan masalah medis setelah melakukan vaksinasi COCID-19.
Dikutip dari laman Reuters, Universitas Oxford mengatakan tidak ada masalah keamanan dalam uji coba pada anak. Namun, mereka akan menunggu panduan dari dari pengawas obat Inggris sebelum memberikan vaksinasi lebih lanjut.
Universitas tersebut mengatakan pada bulan Februari pihaknya berencana untuk mendaftarkan 300 sukarelawan berusia 6 hingga 17 tahun, yang berbasis di Inggris Raya, sebagai bagian dari studi ini.
Selain itu, European Medicines Agency (EMA) saat ini tengah meninjau laporan bekuan darah otak yang sangat langka yang dikenal sebagai trombosis sinus vena serebral (CVST) setelah menerima suntikan AstraZeneca, dan diharapkan untuk mengumumkan temuannya pada hari Rabu atau Kamis.
Seorang pejabat senior EMA mengatakan ada hubungan yang jelas antara vaksin dan CVST, meskipun penyebab langsung dari penggumpalan tersebut masih belum diketahui.
Organisasi Kesehatan Dunia, yang mempelajari dengan cermat data terbaru terkait vaksin AstraZeneca bersama dengan regulator lain, mengatakan pada hari Selasa pihaknya berharap tidak akan ada alasan untuk mengubah penilaiannya bahwa manfaat suntikan lebih besar daripada risikonya.
Perselisihan dengan pemerintah di seluruh Eropa tentang produksi, pasokan, kemungkinan efek samping, dan manfaat vaksin telah membebani pembuat obat Anglo-Swedia selama berbulan-bulan.
Anthony Fauci, dokter penyakit menular terkemuka AS, mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa Amerika Serikat mungkin tidak memerlukan vaksin AstraZeneca, meskipun mendapatkan persetujuan peraturan.(dth)