Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sejumlah sekolah di wilayah PPKM level 1-3 mulai menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Meski setiap sekolah sudah diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan, sebagian orang tetap merasa khawatir aktivitas ini dapat memicu lonjakan kasus COVID-19.
Terkait hal ini, dokter spesialis anak konsultan, Dr dr Ariani Dewi Widodo, SpA(K), menerangkan bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mempertimbangkan tentang segala risiko penularan COVID-19 selama pemberlakuan PTM terbatas.
"PP IDAI sudah mengeluarkan rekomendasi per tanggal 27 Agustus 2021 mengenai pandangan IDAI tentang pembukaan sekolah. Di panduan tersebut dijelaskan bagaimana dari sisi sekolah, sisi orang tua, apa saja yang harus dipersiapkan, kemudian pengambilan keputusan pembukaan anak sekolah," kata dr Ariani dalam tayangan e-life, Jumat, (3/9/2021).
dr Ariani pun tak memungkiri adanya kemungkinan lonjakan kasus COVID-19 akibat dilaksanakannya PTM terbatas. Namun, ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan, seperti anak-anak perlu mendapat bimbingan dan pelajaran secara langsung oleh gurunya.
"Anak-anak kita harus berkembang, mereka harus mendapat stimulasi, mereka harus punya kemampuan sosialisasi. Karena itu, perlahan-lahan dengan pertimbangan yang tepat, maka dilakukan pembukaan sekolah," jelasnya.
"Tapi, IDAI juga mengingatkan dalam panduannya bahwa diperlukan kejujuran bagi guru, perangkat sekolah, dan orang tua mengenai kondisi kesehatan masing-masing. Jadi jangan tidak enak sama gurunya, atau takut diomongin terinfeksi COVID-19, jadi diam-diam menutupi, demikian pula jika ada kontak," sambungnya.
Terakhir, dr Ariani mengatakan pemerintah setempat dan sekolah harus transparan dalam memberikan data. Apabila ada siswa atau tenaga pendidik yang terinfeksi virus Corona, atau ada yang dicurigai terpapar, maka semua harus diungkapkan secara terbuka sehingga setiap orang bisa lebih waspada.(dth)