Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Industri asuransi di Sumatra Utara (Sumut) memperlihatkan kinerja yang membaik setelah sebelumnya cenderung melambat di tahun 2020 akibat pandemi. Pertumbuhan premi paling signifikan terlihat pada asuransi jiwa. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Desember 2021, penghimpunan premi asuransi jiwa di Sumut mencapai Rp9,75 triliun atau tumbuh sebesar 17,84% yoy. Sementara itu, asuransi umum menghimpun premi sebesar Rp1,55 triliun dengan pertumbuhan 4,23% secara yoy.
"Kinerja asuransi di Sumutyang membaik setelah melambat akibat pandemi menunjukkan industri-nya sudah mulai pulih. Tentu diharapkan kinerjanya tahun ini akan terus meningkat," kata Kepala OJK Regional 5 Sumbagut, Yusup Ansori, Selasa (8/3/2022).
Yusup mengatakan, secara keseluruhan, kinerja Industri Jasa Keuangan Non Bank (IKNB) di Sumut berada dalam kondisi yang stabil dan tetap bertumbuh. Di Sumut sendiri, IKNB yang berkantor pusat terdiri dari satu perusahaan modal ventura, dua Lembaga Keuangan Mikro (LKM), 13 perusahaan gadai swasta, dan tiga dana pensiun. Sementara yang berkantor cabang terdiri dari 65 entitas perusahaan pembiayaan, dua entitas perusahaan modal ventura, 38 asuransi jiwa, dan 58 asuransi umum.
Selain itu, industri Fintech Lending atau yang lebih dikenal dengan nama pinjaman online juga semakin berkembang penggunaannya oleh masyarakat Sumut. Meski hingga saat ini belum ada perusahaan fintech yang berkantor pusat di Sumut.
"Di pertengahan tahun lalu, kinerja IKNB memang sempat kontraksi. Tapi di kinerjanya dapat tumbuh positif terutama industri asuransi," kata Yusup.
Menurut pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, kinerja asuransi jiwa ini menjadi indikasi pemulihan pengeluaran atau daya beli pada masyarakat menengah ke atas. Kalau produknya berupa unit link, maka pemulihan kinerja asuransi jiwa juga tertolong kinerja bursa saham.
"Kalau melihat perkembangan asuransi umum yang naik sekitar 4%-an, pada dasanya pertumbuhan tersebut belum mencerminkan adanya perubahan kondisi ekonomi yang lebih baik, khususnya jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi," kata Gunawan.