Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Anak usaha BUMN yang bergerak di sektor panas bumi atau geothermal rencananya mau digabungkan alias merger. Yang dibidik adalah anak usaha PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) dan PT Geo Dipa Energi (persero).
Menurut Menteri BUMN Erick Thohir jika ada aset BUMN yang jenisnya sama maka ada opsi disinergikan. Apalagi jika asetnya menarik maka semakin membuka peluang untuk merger.
"Antara BUMN kalau asetnya bagus, jenisnya sama, kenapa nggak disinergikan," kata Erick usai acara HUT Kalla Group di Hotel Kempinski, Jumat (28/10/2022).
Dalam kesempatan itu, Erick mengaku sudah berbicara dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani soal rencana ini. Kedua belah pihak masih memerlukan konsolidasi.
"Nah Geo Dipa itu di bawah Kemenkeu (Kementerian Keuangan). Sudah ada pembicaraan dengan Bu Menkeu mengenai hal ini, tapi kan perlu konsolidasi," katanya lagi.
Erick mengatakan Indonesia memang mengebut penggunaan energi terbarukan. Apalagi kebutuhan listrik untuk masyarakat, industri dan lainnya semakin besar. Oleh karena itu, diperlukan pertumbuhan energi yang berkelanjutan demi memenuhi hal tersebut.
Potensi energi terbarukan Indonesia ada di bidang hydropower, angin, matahari, dan geothermal. Untuk hydropower Erick menyebut masih harus menunggu 8 tahun lagi. Oleh karena itu salah satu yang potensial saat ini adalah energi geothermal.
"Hydropower masih 8 tahun lagi, potensi kita salah satunya di geothermal di mana 24 gigawatt potensinya. Dengan Pertamina sekarang mulai fokus ke renewable energi," ungkapnya.
Namun Pertamina disebut masih memperkuat pondasi keuangannya. Pasalnya untuk meningkatkan daya produksi membutuhkan tambahan dana. Dengan konsolidasi, Erick meyakini pengembangan geothermal akan jauh lebih efektif dan efisien.
"Dengan Pertamina geothermal ini lagi memperkuat fondasi keuangannya. Karena kan dari 800 megawatt dia mau tingkatkan ke 1 gigawatt kan perlu funding. perlu dana," jelas Erick.
Erick juga mengingatkan bahwa energi terbarukan berpotensi lebih mahal dari energi fosil. Menurutnya belum tentu masyarakat dan pelaku industri mau membayar ongkos lebih mahal untuk itu.(dtf)