Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Program hilirisasi nikel terus digencarkan pemerintah. Lewat hilirisasi, pendapatan negara dipercaya bertambah signifikan.
Tahun 2017, pendapatan Indonesia dari ekspor nikel hanya sebesar US$ 3,3 miliar atau Rp 51,48 trilin (kurs Rp 15.600). Setelah hilirisasi, pendapatan ekspor nikel di 2021 mencapai US$ 20,9 miliar atau Rp 326,04 triliun.
Bahkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjanjikan pendapatan yang lebih besar dari hilirisasi nikel di 2022.
"Hilirisasi nikel tahun 2017 US$ 3,3 miliar. 2021 mencapai US$ 20,9 miliar. Di 2022 saya janji ke bapak ibu, ekspor dari hilirisasi nikel mencapai US$ 30 miliar (Rp 468 triliun)," katanya dalam orasi ilmiah di UPN Veteran Yogyakarta, dikutip dari laman YouTube Kementerian Investasi/BKPM, Kamis (15/12/2022).
Menurutnya, hilirisasi menjadi kunci untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju. Pemerintah kini mulai mengurangi ekspor bahan mentah, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bahlil menyebut Indonesia tengah disegani. Saat banyak negara gencar beralih ke energi bersih, termasuk konversi ke mobil listrik, komponen yang mendukung hal tersebut dimiliki Indonesia.
"40% komponen mobil listrik itu baterai, 60% baru mobilnya. Bahan bakunya nikel mangan, cobalt dan litium. Dan 25% total cadangan nikel dunia ada di Indonesia," jelasnya.
Jika ekosistem industri baterai mobil listrik dibangun, Bahlil menyebut Indonesia bisa menjadi pemain besar dunia. Ia menyebut prosesnya sudah berjalan saat ini.
"Mobil listrik kita sudah ada pertama di Asia Tenggara, Hyundai. Waktu saya jadi kepala BKPM, kami tandatangan pertama di Korea," paparnya.
Indonesia juga terus membangun smelter, hingga prekursor ketot baterai cell. Bahlil menyebut berbagai investor besar terlibat, termasuk LG, CATL, dan sederet investor dari Eropa dan AS.(dtf)