Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ekspor tembaga melesat jelang dilarang Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pertengahan tahun ini. Tak hanya dari sisi volume, tapi juga nilai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikcom, Jumat (13/1/2023), nilai ekspor bijih tembaga dan konsentratnya pada periode Januari hingga November 2022 mencapai US$ 8,38 miliar atau setara dengan Rp 127,37 triliun (kurs Rp 15.200).
Nilai ekspor tembaga dan konsentratnya sempat naik turun, tapi periode Januari-November 2022 melampaui beberapa tahun sebelumnya.
Pada tahun 2015, nilai ekspor tembaga dan konsentratnya tercatat US$ 3,27 miliar dan naik di tahun 2016 sebesar US$ 3,48 miliar. Di tahun 2017, nilai ekspor turun di angka US$ 3,43 miliar dan melesat lagi di 2018 pada angka US$ 4,18 miliar.
Namun, nilai ekspor tembaga dan konsentratnya ini turun tajam di 2019 yang tercatat US$ 1,28 miliar.
Pada tahun 2020 ekspor bangkit dan nilainya tercatat US$ 2,41 miliar. Nilai ekspor melesat tinggi di 2021 yang mencapai US$ 5,38 miliar. Kemudian naik lagi di 2022 di mana untuk Januari-November tembus US$ 8,38 miliar.
Sebagai informasi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi tembaga terbesar di dunia. Dikutip dari Booklet Tambang Tembaga 2020 yang mengolah data USGS 2020, total cadangan tembaga dunia sebesar 871 juta ton.
Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan tembaga terbesar ke-7 di dunia yang artinya berperan penting dalam penyediaan bahan baku tembaga dunia. Indonesia memiliki porsi 3% cadangan tembaga dunia atau sebanyak 28 juta ton.
Sementara itu, cadangan terbesar dunia yakni Chili dengan porsi 23%. Kemudian disusul Peru 10%, Australia 10%, Rusia 7%, Meksiko 6%, Amerika Serikat (AS) 6%.(dtf)