Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tahun 2023 diperkirakan tetap kuat bias atas dalam kisaran 3,9-4,7% (yoy). Namun, ada sejumlah potensi risiko yang perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Sumut seperti koreksi harga komoditas unggulan sejalan dengan rebound ekonomi Cina yang tidak sekuat perkiraan, kemudian potensi meningkatnya nilai barang impor, serta potensi gangguan produksi hortikultura dampak fenomena El Nino.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, IGK Wira Kusuma, mengatakan, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2023 yakni membaiknya aktivitas perekonomian pasca pandemi Covid-19 yang membuat optimisme permintaan domestik tetap kuat.
"Meningkatnya upah minimum provinsi atau UMP Sumut sebesar 7,45% menjadi Rp 2.710.493 juga ikut berkontribusi mendorong ekonomi Sumut," katanya, Senin (11/9/2023).
Faktor lain, kata Wira, berlanjutnya insentif Pemerintah seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), kartu sembako, Program Keluarga Harapan (PKH) dan lainnya. Selain itu, proyek PSN dan infrastruktur daerah yang berlanjut juga bakal ikut mengerem ekonomi Sumut.
"Permintaan sawit domestik yang tetap tinggi seiring berlanjutnya program hilirisasi industri B35 dan B40 juga bakal berdampak positif bagi ekonomi Sumut. Apalagi sawit juga menjadi salah satu komoditas unggulan Sumut," kata Wira.
Namun meski optimis ekonomi Sumut bakal bisa 3,9-4,7% tahun ini, ada juga sejumlah faktor yang bisa menahan laju pertumbuhannya. Diantaranya koreksi harga komoditas unggulan Sumut sejalan dengan antara lain rebound ekonomi Cina yang tidak sekuat perkiraan.
"Selain itu, potensi meningkatnya nilai barang impor melalui transmisi depresiasi nilai tukar dan gangguan produksi hortikultura seiring dengan prakiraan keberlangsungan fenomena El Nino pada semester II 2023 dan tertahannya ekspor beras dari India juga bisa menahan laju ekonomi Sumut tahun ini," kata Wira.