Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis- Jakarta. Fenomena penutupan toko ritel terus berlanjut. Setelah Matahari, Lotus dan Debenhams, kini menyusul GAP yang mengurangi jumlah tokonya.l
Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Tutum Rahanta, situasi saat ini memang cukup buruk bagi perusahaan ritel. Banyak faktor yang membuat industri ritel saat ini babak belur.
"Banyak situasi negatif saat ini. Seperti perubahan perilaku konsumen, maraknya online, lalu berkaitan dengan daya beli. Kemudian juga biaya pembukaan toko yang tidak murah," ujarnya, Kamis (9/11).
Memang, kata Tutum kehadiran toko online alias e-commerce saat ini memang belum berdampak begitu besar. Namun perkembangan e-commerce begitu masif sehingga sedikit demi sedikit menggerus ritel offline.
Sebenarnya, lanjut Tutum, kehadiran toko online masih bisa diantisipasi oleh perusahaan ritel, namun di saat yang sama dihantam juga dengan penurunan daya beli.
"Kalau hanya faktor online saja mungkin tutupnya perlahan, yang penting daya beli tinggi. Tapi dengan daya beli juga turun, ini (ritel) bukan hanya berkurang (keuntungan) tapi jadi rugi," tambahnya.
Menghadapi situasi tersebut, memaksa para peritel mencari cara untuk tetap bertahan. Salah satu jurus yang paling ampuh dengan melakukan efisiensi penutupan toko yang tidak berkontribusi bahkan cenderung menjadi beban.
"Kita harus beradaptasi dengan perubahan ini. Jadi kalau kita ritel offline mengikuti perubahan situasi ini dengan menutup toko," tukasnya. (dtf)