Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menurut sebuah studi yang diterbitkan di Nature Medicine, antibodi virus Corona COVID-19 hanya bisa bertahan dua sampai tiga bulan setelah seseorang terinfeksi.
Sebelumnya, para ilmuwan memeriksa dan membandingkan 37 orang tanpa gejala (OTG) dengan 37 orang dengan gejala di Distrik Wanzhou, China. Menurut penelitian tersebut, orang tanpa gejala memiliki respons antibodi yang lebih lemah daripada yang memiliki gejala.
Dalam delapan minggu, peneliti menemukan terjadi penurunan antibodi atau kekebalan pada 81 persen pasien OTG, lebih banyak dibandingkan pasien bergejala dengan persentase 62 persen. Selain itu, peneliti menemukan ada 40 persen OTG yang antibodinya tidak terdeteksi, jauh lebih tinggi daripada pasien bergejala yang hanya 12,9 persen.
Meski penelitiannya masih kecil, para peneliti mencatat ini bisa mendorong pemimpin dunia untuk mempertimbangkan lagi keberadaan paspor imunitas. Beberapa negara sudah mempertimbangkan penerbitan paspor atau sertifikat bebas risiko COVID-19, pada orang yang memiliki antibodi terhadap virus tersebut. Ini menentukan siapa saja yang boleh beraktivitas normal setelah sembuh dari COVID-19.
Dikutip dari CNBC, para ilmuwan masih terus mempelajari aspek dari virus tersebut, termasuk bagaimana sistem kekebalan tubuh merespon virus saat seseorang terpapar. Tetapi, mereka masih tidak yakin berapa lama kekebalan itu akan bertahan, jika antibodi sudah memberikan perlindungan.
Antibodi berfungsi untuk membantu tubuh melawan infeksi dan merespon partikel asing atau antigen yang masuk ke tubuh. Sementara vaksin bekerja dengan menginduksi sistem kekebalan untuk menghasilkan molekul-molekul ini.
Namun, para pejabat di bidang kesehatan mengatakan belum ada data yang cukup untuk menunjukkan antibodi virus Corona ini bisa kebal terhadap virus. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengungkapkan vaksin mungkin tidak memberikan kekebalan jangka panjang jika COVID-19 berperilaku seperti virus Corona lainnya.
"Saat melihat sejarah virus Corona yang umumnya menyebabkan flu, daya tahan kekebalan yang bertugas melindungi hanya bertahan hampir selalu kurang dari setahun. Itu tidak memberikan banyak perlindungan terhadap tubuh," kata Fauci.(dth)